Minggu, 30 Juni 2013

dari tulisan seorang yang memiliki kepedulian terhadap keadaan yang mengiris hati..tentang negara tercinta......

     Ironi Payung Berlubang


    Seorang nenek    tua berjalan tertatih-tatih di lorong  yang belum beraspal di pagi  yang tidak bersahabat. Sebab pagi itu hujan   mengguyur demikian lebat. Namun kondisi itu  tak menyurutkan langkah nenek tua   itu menuju   pasar di desanya. Karena hujan, ia membungkus  bakul berisi barang dagangannya dengan plastik dan mengikatnya dengan pelepah pisang. Sementara untuk melindungi kepala dan badannya dari derasnya air hujan, tangan kanannya memegang payung sementara tangan yang lain menenteng ikatan daun pisang. Telah lebih 45  tahun ibu tua itu   berjualan   pecel dan tumis kangkung.
     Ibu tua itu sadar. Ia sepenuhnya tidak dapat berlindung dari terpaan air hujan yang disertai angin kencang. Karena ia tahu, payung yang telah usang itu telah robek di beberapa bagian. Payung itu  tetap saja tak mampu menahan derasnya air hujan. Ibu tua itu tetap basah kuyup. Kulit keriputnya nampak bergetar menahan dinginnya pagi.
                             ****                    
    Hiruk pikuk pembahasan kenaikan BBM  benar-benar membuat Kang Doel galau. Bukan pada harga yang kemudian ditetapkan,  premium menjadi sebesar Rp. 6.500 per liter, tapi justru pada proses pembahasannya dan juga pada cara-cara menyampaikan pendapat dalam proses pembahasan.Kang Doel mengerti sudut pandang yang berbeda menghasilkan kesimpulan yang berbeda pula.
  Sebuah episode demokrasi yang menurut Kang Doel tidak sepatutnya   menjadi teladan anak – cucu.  “ Yang, nek domonstrasi  kok mesti ono tukaran polisi karo mahasiswa ya. Malah ono motor sing di bakar barang?”  tanya Bintang, cucu saya yang baru naik  kelas  tiga SD.
Hal yang sama juga ditanyakan  ketika melihat bagaimana cara-cara anggota DPR yang terhormat menyampaikan argumentasinya saat membahas RAPBN Perubahan. “ Koyo wong tukaran nang pasar  ya Kung” katanya sambil tertawa. Namun itu pulalah yang membuat Kang Doel semakin risau.
Kerisauan itu pula yang ditanyakan Kang Doel kepada  Klepon. “Payung kita telah berlubang Kang. Dibentangkan tapi tak lagi aman karena bocor dan kita tak pernah berusaha menembelnya.  Pusaka  kita juga tak lagi sakti Kang karena  kita tidak pernah merawatnya apalagi menjamasnya sebagaimana pitutur luhur leluhur kita. Tabir telah di bentangkan Kang, tetapi rohnya  tak lagi dipahami secara benar. Sayap burung garuda kita juga  telah semakin lemah Kang” ujar Klepon yang menambah pernyataannya dengan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri.
“Kang ternyata banyak pelajar yang tak hafal urutan Pancasila. Mereka sering terbalik-balik mengucapkan Pancasila. Apalagi kelompok lain. Kalau hafal saja tidak, bagaimana mereka bisa menjadikan Pancasila sebagai pegangan hidup dan mengamalkannya dalam kehIdupan berbangsa dan bernegara?” ujar Klepon semakin dalam.
Namun Klepon tak sedikitpun menyalahkan para pelajar yang tak hafal dan bahkan tak mengerti Pancasila. “Coba saja amati Kang, Pancasila semakin jarang kita dengar Kang. Apalagi substansinya. Keberadaan  Pancasila seperti payung yang berlubang Kang. Ironisnya kita sendiri yang menusuknya dengan pisau saat payung itu memayungi kita dari badai. Mestinya sebagai idiologi negara   Pancasila harus memayungi proses reformasi agar tetap pada track yang benar,  “ reinventing and rebuilding” bangsa Ini. Tetapi siapa peduli itu Kang? Menyedihkan Kang, Ibu Pertiwi kita begitu kedinginan dan kita justru menusuk kembali payung kita,  tidak  lagi dengan pisau tetapi dengan pedang sehingga payung itu robek semakin lebar, ujar Klepon yang semakin putus asa. (*)


          Reaksi Klepon terhadap keresahan eyangnya Bintang.... 
Namun .... ibu pertiwi yang menangis tak bisa dibiarkan, lalu apa yang bisa membuatnya  tersenyum dan sedikit melalaikan kepedihannya?
Mungkin dengan bergandeng tangan bersama menyibak tabir yang terlanjur membentang, menambal payung yang telah berlubang-lubang yang pernah tertusuk pedang dengan secarik kain sutera yang kita tenun dengan segenap jiwa dan rasa cinta, menjahitnya dengan benang emas semangat kita yang masih tersisa. Meski sudah terkoyak karena usia dan keteledoran kita dalam merawatnya semoga belum terlambat untuk menjadikannya kembali mampu menaungi  dari curahan hujan yang masih saja deras membasahi bumi pertiwi dengan tanpa perduli.
       Dengan bergandeng tangan eratkan genggaman jemari kita dengan penuh rasa setia dan rela  meski sempat basah dan lelah jiwa kita namun masih ada semangat menggelora tuk kembali tegakkan Pancasila. Memang tidaklah mudah untuk berdiri lagi ...namun dengan tulus dan tak mudah  menyerah kembalikan eksistensinya kembalikan kesaktiannya yang memang masih terpancar dari jiwa kita yang paling dalam. Kang Doel.. generasi setelah kita memang sangat berbeda, namun mereka masih tetap tanggungjawab kita sebagai penerus tanah air tercinta.. siapa lagi yang mau perduli jika bukan kita? 
       Meski dengan perang yang besar melawan globalisasi namun kita masih memiliki Pancasila yang bisa dijadikan tamengnya. Kita yang berjuang Kang.. kita yang harus menjaga Indonesia tercinta dengan menyelamatkan idiologi kembali pada cita-cita pendirian bangsa kita... tentu saja dengan melibatkan dan menempatkan mereka..generasi muda di haluan terdepan bersama kita. kita masih bisa ...kita masih dibutuhkan pertiwi tercinta.... karena kita penuh dengan rasa bangga jadi warga Indonesia.

 akhir Juni 13

bangga....



    


       Ibu pertiwi yang menangis tak bisa dibiarkan, lalu apa yang bisa membuatnya  tersenyum dan sedikit melalaikan kepedihannya?
       Mungkin dengan bergandeng tangan bersama menyibak tabir yang terlanjur membentang, menambal payung yang telah berlubang-lubang yang pernah tertusuk pedang dengan secarik kain sutera yang kita tenun dengan segenap jiwa dan rasa cinta, menjahitnya dengan benang emas semangat kita yang masih tersisa. Meski sudah terkoyak karena usia dan keteledoran kita dalam merawatnya semoga belum terlambat untuk menjadikannya kembali mampu menaungi  dari curahan hujan yang masih saja deras membasahi bumi pertiwi dengan tanpa perduli.
       Dengan bergandeng tangan eratkan genggaman jemari kita dengan penuh rasa setia dan rela  meski sempat basah dan lelah jiwa kita namun masih ada semangat menggelora tuk kembali tegakkan Pancasila. Memang tidaklah mudah untuk berdiri lagi ...namun dengan tulus dan tak mudah  menyerah kembalikan eksistensinya kembalikan kesaktiannya yang memang masih terpancar dari jiwa kita yang paling dalam. Kang Doel.. generasi setelah kita memang sangat berbeda, namun mereka masih tetap tanggungjawab kita sebagai penerus tanah air tercinta.. siapa lagi yang mau perduli jika bukan kita? 
       Meski dengan perang yang besar melawan globalisasi namun kita masih memiliki Pancasila yang bisa dijadikan tamengnya. Kita yang berjuang Kang.. kita yang harus menjaga Indonesia tercinta dengan menyelamatkan idiologi kembali pada cita-cita pendirian bangsa kita... tentu saja dengan melibatkan dan menempatkan mereka..generasi muda di haluan terdepan bersama kita. kita masih bisa ...kita masih dibutuhkan pertiwi tercinta.... karena kita penuh dengan rasa bangga jadi warga Indonesia.


Selasa, 11 Juni 2013

sekelumit tentang pengalaman di Nie Singapura

Semarang, 1 Mei 2013
 Suatu keberuntungan bagi saya mendapatkan kesempatan untuk magang di NIE (National Institute of Education) di Singapura selama sepekan yaitu mulai tanggal 21 sampai dengan 27 April 2013, atas inisiatif UNNES , karena saya adalah mahasiswa Pascasarjana Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan UNNES angkatan pertama  tahun 2012.
Dari hasil magang saya peroleh banyak pengalaman diantaranya adalah mengalami mendapatkan materi dari para narasumber yang unggulan kelas dunia, beliau adalah Mr. Tzeng, Mr. Jumaat, Madam Lee dan beberapa orang pendukung lainnya yang ada di lingkungan NIE, dan beberapa pengajar di Northvista Secondery School...
bersama Mrs. Lee dari Northvista Secondery School
                                    Berfoto bersama dengan motivator pendidikan Mr. Jumaat
                                                         Mr. Tzeng pencerah Visi Misi.

jalan....

disepertiga malam Juni 12, 2013.....
       Terbersit suatu pikiran, untuk apa melakukan sesuatu jika tanpa tujuan. ......  untuk apa melakukan suatu aktifitas namun tidak betujuan. Tujuan adalah arah yang akan dituju saat melakukan aktifitas. Dengan jelasnya tujuan yang dituju maka akan memudahkan mencari jalan yang harus dilalui. sebelum melangkah menuju tujuan buat rencana atau planning. merencanakan apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan tujuan. Mulailah dari apa tujuan kita.. setelahnya langkah apa yang harus ditenmpuh untuk mencapainya. Jalan berliku..jalan belok..jalan lurus...jalan bercabang..jalan berbatu..jalan berlubang..jalan mulus...kita yang memilih. Namun semua jalan yang dipilih pastilah memiliki hikmah bagi kehidupan pribadi kita. Akan jadi pengalaman yang berharga dalam proses mencapai tujuan.
       Dalam proses memilih jalan untuk mencapai tujuan juga diperlukan perencanaan... ah kenapa perencanaan selalu mengikuti setiap aktifitas ???????
       Merencanakan jalan mana yang harus dilalui harus memiliki gambaran masing-masing jalan yang akan dipilih.
... jalan berliku... ada apa dengan jalan ini... bertemu siapa saja di jalan ini.... apa saja yang mungkin terjadi....
... jalan belok.. berapa belokan si?....apa yang akan ditemui nanti jika jalan ini berbelok....
... jalan lurus... biasanya yang lurus monoton... namun apa gerangan yang akan menghadangi jalannya....
..jalan bercabang.... biasanya yang bercabang adalah kebingungan dan kebimbangan... sepertinya ini harus dihindari...tapi...jika ini yang dipilih maka prediksikan cabangnya apa saja ya... bangaimana menjalaninya jika jalan bercabang? ih apa yang terjadi.... (jadi melangkah tidak...?)
...jalan berbatu.... harus siap berjalan dengan goncangan yang sesuai dengan besar kecilnya batu lho...
siap sabuk pengaman dan bekal biar tidak tersedak...(gak nyambung)
..... jalan berlubang.... kemungkinannya sama dengan jalan berbatu ..cuma mungkin lebih erat berpegangan karena guncangan juga terasa.....(bekal jangan dilupakan...)
...jalan mulus.... semua orang pasti ingin yang mulus-mulus... tapi ada tantangan gak ya...?????..yang mulus bukan berarti tanpa tantangan.......