Rabu, 22 Oktober 2014

MENGAJAR DENGAN METODE HUMOR



MENGAJAR DENGAN METODE HUMOR

Guru  merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran di sekolah, di tangan guru terletak harapan segala perubahan peningkatan pengetahuan akademik, ketrampilan, kreatifitas dan sikap peserta didik. Guru ibarat magnet yang menarik dan mampu menjadi pusat perhatian peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar sehingga peserta didik merasa enjoy dalam setiap mengikuti pembelajaran di sekolah.
Oleh sebab itu untuk  mensukseskan pendidikan ditemukan berbagai model pembelajaran. Saat ini sudah banyak model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning/CTL, dimana CTL ini (ada 32 macam model CTL menurut Zainal Aqib dalam bukunya Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual(inovativ)),  merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antar materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan  yang dimilikinya dengan penerpannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Namun hal ini masih sangat perlu dimulai dengan motivasi yang tinggi. Dari hampir semua model CTL tersebut memiliki karakteristik menyenangkan dan tidak membosankan.
Pada kesempatan ini penulis memperkenalkan metode pembelajaran baru dengan nama Medel Humor.
Humor bukan perkara main-main, bukan sekedar lucu-lucuan yang diciptakan sambil lalu, justru humor perkara serius yang untuk menghasilkannya perlu pemikiran serius dan modal kreatifitas tinggi.
Sebagai karya yang serius, humor tentu bermanfaat, diantaranya membuat orang santai dan bersahabat, meredakan kericuhan dan konflik, bahkan mampu meredakan amarah. Dan perhatikanlah tidak ada orang yang berkelahi sambil tertawa. Kalaupun ada hanya pada tayangan sinetron saja. Humor mampu menjadi obat yang mengurangi rasa sakit secara misterius. Humor juga mampu membantu orang untuk memahami sesuatu, meningkatkan komunikasi dan mampu mencetuskan motivasi kebersamaan. Humor menyebarkan kebahagiaan dan yang pasti dengan humor mampu mengasah kreatifitas seseorang.
Melihat sisi kesaktian humor, maka dapat didayagunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas untuk meningkatkan kreatifitas peserta didik. Dalam KBM (kegiatan belajar mengajar), humor menjadi “bumbu penyedap” yang mampu meningkatkan “nafsu makan” para peserta didik.
Guru yang peka dan kreatif tentu tidak akan menyia-nyiakan ha ini untuk menebarkan humor di dalam kelasnya. Bukankah mengajar termasuk seni, dan setiap guru adalah seniman dalam bidangnya. Guru dapat mengembangkan bakat seninya dengan menyisipkan humor  dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga peserta didik tidak bosan dengan materi yang disampaiakan.
Penyampaian materi dengan metode humor ini akan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, meningkatkan keakraban antar teman, hubungan guru dengan murid lebih menyenangkan. Dengan menyenangi guru yang mampu berhumor tentu saja akan menyukai mata pelajaran yang diampunya, cepat memahami dan menangkap materi pelajaran, mengesankan, serta materi pelajaran akan  tersimpan dalam ingatan, serta mampu membuat peserta didik betah dan senang di sekolah.
Namun, guru tidak boleh sembarangan melempar humor di dalam kelas. Humor di kelas sangat berbeda dengan humor lawakan di panggun. Humor di kelas harus menyatu dengan materi yang sedang diajarkan. Penyampian humor jangan semata-mata namun tanpa disadari oleh peserta didik dan mereka tahu-tahu tergelitik dan tertawa. Humor harus sopan artinya tidak menyinggung perasaan dan vulgar. Hindari penyampaian humor pada peserta didik yang sama dan berulang-ulang, hal ini akan menimbulkan kebosanan dan ketidak senangan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa tidak semua humor itu mengundang tawa, sebab tidak semua humor lucu. Jangan dianggap bahwa humor itu selalu lucu dan wajib ditertawakan,  sama dengan anggapan bahwa semua peserta didik itu pintar. Hilangkan pengertian tersebut dan mulailah dengan memikirkan hal-hal baru /segar untuk bahan humor di depan kelas.
Kenyataan bahwa humor bisa sama sekali tidak lucu (jika tidak dimengerti maknanya), humor bisa membosankan (jika diulang-ulang), humor bisa menjengkelkan (jika menyinggung perasaan), humor bisa menimbulkan amarah (jika bernada mengejek), bahkan humor dapat menyulut dendam (jika bermaksud melecehkan).
Humor yang ditebar di dalam kelas harus dipertimbangkan. Humor akan dikatakan baik dan mempunyai daya dukung pembelajaran jika tepat bahan, tepat sasaran, tepat waktu, tepat situasi, dan tepat cara penyampaiannya. Dosis humor dalam kegiatan belajar mengajar harus tepat sehingga tidak akan terjadi ger-geran selama pelajaran berlangsung, namun “bumbu humor” dapat menyegarkan KBM dan mampu membuat peserta didik bersemangat dalam menuntut ilmu. Semoga berhasil, amin.