Senin, 22 Juli 2013

kurikulum muatan lokal ketrampilan.



LATAR BELAKANG

        Sekolah merupakan tempat untuk proses pendidikan formal.  Sekolah adalah bagian dari masyarakat jadi sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian karakteristik atau ciri khas dari wilyah setempat.
      Untuk mewujudkan hal ini maka sekolah harus memberikan program pendidikan yang dapat mengkondisikan peserta didik agar memiliki wawasan tentang apa yang menjadi karakter lingkungan daerah sekitar sekolah, baik yang berkaitan dengan kondisi alam, lingkung dan sosial, dan lingkungan budaya maupun yang menjadi kebutuhan daerah.
       Berdasarkan pemikiran yang demikian maka diperlukan program pendidikan yang disesuaikan dengan potensi daerah atau kearifan lokal. Untuk itu sekolah harus mengembangkan program pedidikan yang berorientasi pada lingkungan sekitar dan potensi daerah atau muatan lokal. Sehingga peserta didik diharapkan memiliki rasa cinta terhadap lingkungan dan dapat mengembangkannya untuk modal ketrampilannya nanti. Realisasi dari hal ini adalah dengan mengembangkan  kurikulum muatan lokal.

      Kurikulum muatan lokal merupakan salah satu bagian dari kurikulum yang berlaku saat ini, istilah muatan lokal dalam dunia pendidikan di Indonesia secara resmi mulai tahun 1987, melalui Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987, tentang muatan lokal. Kurikulum atau mata pelajaran muatan lokal pada awalnya bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan materi pelajaran lokal yang dimasukan ke dalam berbagai bidang studi yang relevan. Ibrahim ( 1990 ), mengemukakan bahwa “muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan perkembangan daerah”.
Sejak diberlakukannya kurikulum tahun 1994, muatan lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, atau tidak lagi diintegrasikan pada mata pelajaran lainnya. Konsep muatan lokal tidak lagi sama seperti tahun 1987, konsep muatan lokal di sini
adalah “Bentuk penyelenggaraan pendidikan yang bersifat desentralisasi, sebagai upaya pemerintah untuk lebih meningkatkan relevansi terhadap kebutuhan daerah yang bersangkutan” (Suharsimi Arikunto : 1998). Sedangkan pendapat lainnya mengemukakan bahwa “Kurikulum muatan lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, berdasarkan pendekatan monolitik” (Usman Wahyudi dan Yatim Riyani :1995). Pendekatan monolitik bertitik tolak dari pandangan bahwa setiap mata pelajaran mempunyai otonomi masing-masing, ia membawa misi tertentu dalam suatu kesatuan sistem. Jadi pada kurikulum 1994 muatan lokal sudah menjadi bidang studi yang berdiri sendiri, baik bidang studi wajib maupun bidang studi pilihan, atau lebih dikenal dengan muatan lokal wajib dan muatan lokal pilihan.

A.  Kajian Teori Tentang Program Muatan LokalKeterampilan
1. Pengertian Muatan Lokal Keterampilan
Kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang  ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing (Depdikbud dalam Erry Utomo, 1997: 1).
Muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Secara umum, pengertian muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan sesuai dengan keragaman potensi daerah, karakteristik daerah, keunggulan daerah, kebutuhan  daerah,dan lingkungan masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai  tujuan pendidikan tertentu. Secara khusus, muatan lokal adalah program pendidikan dalam bentuk mata pelajaran yang isi dan media pembelajarannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan 14 sosial, dan lingkungan  dipelajari oleh peserta didik di daerah itu (Zainal Arifin, 2011: 205) .
Pengertian keterampilan dalam konteks pembelajaran mata pelajaran di sekolah adalah usaha untuk memiliki keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Keahlian yang dimaksud juga dapat diartikan sebagai kemampuan dasar yang harus diasah melalui berbagai cara, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah pembelajaran keterampilan.
            Penentuan isi dan bahan pelajaran muatan lokal didasarkan pada
keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang dituangkan dalam mata  pelajaran dengan alokasi waktu yang berdiri sendiri. Adapun materi dan isinya ditentukan oleh satuan pendidikan, yang dalam  pelaksanaannya merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah.
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial serta lingkungan budaya. Lingkungan alam adalah lingkungan alamiah yang ada di sekitar, berupa benda-benda mati yang terbagi dalam empat kelompok lingkungan, yaitu pantai, dataran rendah termasuk di dalamnya daerah aliran sungai, dataran tinggi dan  pegunungan atau gunung. Dengan kata lain, lingkungan alam adalah lingkungan hidup dan tidak hidup, dimana tempat makhluk hidup tinggal dan membentuk ekosistem. Kemudian lingkungan sosial adalah lingkungan dimana terjadi interaksi orang per orang dengan kelompok sosial dengan kelompok lain. Pendidikan sebagai sosial dalam sistem sosial dilaksanakan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. PP  No.28/1990 menunjukkan perlunya perencanaan kurikulum muatan lokal yang bermuara pada hal yang berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional dan pemba ngunan bangsa. Lingkungan budaya adalah daerah dalam pola kehidupan masyarakat yang berbentuk bahasa daerah, seni daerah, adat istiadat daerah, serta tatacara dan tatakrama khas daerah.
      Selain itu juga termasuk keterampilan untuk mengembangkan kemampuan dari dalam diri seseorang.
      Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan muatan lokal keterampilan adalah suatu upaya pembelajaran yang diberikan berupa mata pelajaran yang berkaitan untuk meningkatkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya yang ada di daerah tersebut dan wajib diikuti oleh seluruh perta didik. Selain itu juga dapat diarahkan dengan pembelajaran keterampilan, agar siswa dapat mengetahui potensi dasar yang dimiliki.

2. Tujuan dan Fungsi Muatan Lokal Keterampilan
Tujuan muatan lokal adalah untuk memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan dan sikap hidup kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungan dan masyarakat sesuai dengan nilai yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
Lebih lanjut dikemukakan, bahwa secara khusus pelajaran muatan lokal bertujuan agar peserta didik :
  1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya.
  2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
  3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan  mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka  menunjang pembangunan nasional.

Pemahaman terhadap konsep dasar dan tujuan muatan lokal di atas, menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum muatan lokal pada hakekatnya bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara peserta
didik dengan lingkungannya (E. Mulyasa, 2007:274)


Adapun fungsi muatan lokal (Abdullah Idi, 2007: 266267) dalam  komponen kurikulum secara keseluruhan memiliki fungsi sebagai berikut:
a.Fungsi Penyesuaian
Sekolah merupakan komponendalam masyarakat, sebab sekolah berada dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu,
program sekolah harus disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan daerah dan masyarakat. Demikian juga pribadi-pribadi yang ada dalam sekolah yang hidup dalam lingkungan masyarakat, sehingga perlu diupayakan agar setiap pribadi dapat menyesuaikan diri dan akrab dengan  daerah
lingkungannya.

b.Fungsi Integrasi
Peserta didik adalah bagian integral dari masyarakat. Karena itu, muatan lokal merupakan program pendidikan yang berfungsi mendidik pribadi-pribadi peserta didik agar dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat dan lingkungannya atau berfungsi untuk membentuk  dan mengintegrasikan pribadi peserta didik dengan masyarakat.

c.Fungsi Perbedaan
Peserta didik yang satu dengan yang lain berbeda.  Pengakuan atas perbedaan berarti memberi kesempatan bagi  setiap pribadi untuk memilih apa yang sesuai dengan minat, bakat,  dan kemampuannya.

 Muatan lokal adalah suatu program  pendidikan yang pengembangannya bersifat luwes, yaitu program pendidikan yang pengembangannya disesuaikan dengan minat, bakat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik, lingkungan dan daerahnya. Hal ini bukan berarti muatan lokal akan mendidik setiap pribadi yang individualistik, akan tetapi muatan lokal harus dapat berfungsi untuk mendorong dan membentuk peserta didik kearah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.
Berdasarkan tujuan dan fungsi  tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan tujuan dan fungsi muatan lokal keterampilan adalah untuk  memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup kepada peserta didik serta mata pelajaran muatan lokal keterampilan ini menyesuaikan dengan lingkungan sekitar, memberikan bekal agar siswa dapat bermanfaat untuk masyarakat sekitar, serta memberikan wawasan agar siswa mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki dan kemampuan dasar tersebut menjadi kelebihan dari siswa itu sendiri
.
3.Kedudukan Muatan Lokal
Kududukan kurikulum muatan lokal merupakan satu kesatuan utuh
yang tak terpisahkan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).  Kurikulum muatan lokal merupakan upaya agar penyelenggaraan pendidikan di daerah dapat disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan denganupaya peningkatan mutu pendidikan nasional, sehingga pengembangan dan implementasi
kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi KTSP.
Muatan lokal memiliki posisi sebagai komponen kurikulum.
Muatan lokal adalah bahan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar yang dianggap penting oleh pendidik atau masyarakat sekitar untuk dipelajari oleh anak didik. Sebagai komponen kurikulum, muatan lokal  merupakan media penyampaian. Agar dapat mempelajari sesuatu dengan baik, diperlukan sumber bacaan atau narasumber yang memahami bahan pengajaran itu. Sumber bacaan yang ditulis oleh orang daerah dan narasumber yang berasal dari daerah merupakan media.
Muatan lokal dalam kurikulum dapat menjadi matapelajaran yang berdiri sendiri atau menjadi bahan kajian suatu mata pelajaran yang telah ada.
Sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, muatan lokal memiliki alokasi waktu tersendiri. Tetapi, sebagai bahan kajian mata pelajaran, muatan lokal sebagai tambahan bahan kajian yang telah ada. Karena itu, muatan lokal bisa mempunyai alokasi waktu sendiri dan bisa juga tidak. Muatan lokal sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri tentu dapat di
berikan alokasi jam pelajaran. Misalnya : mata pelajaran bahasa  daerah, pendidikan kesenian, dan pendidikan keterampilan. Demikian pula, muatan lokal sebagai bahan kajian tambahan dari bahasan atau lebih yang dapat diberikan alokasi waktunya, tetapimuatan lokal sebagai bahan kajian yang merupakan penjabaran yang lebih mendalam dari pokok bahasan atau subpokok bahasan yang telah ada, sukaruntuk diberikan alokasi jam pelajaran tersendiri. Muatan lokal itu sendiri berupa disiplin di sekolah, sopansantun berbuat dan berbicara, kebersihan serta keindahan sangat sukar, bahkan tidak mungkin diberikan alokasi waktu (Abdullah Idi, 2007).


 
80%
 
                               
                                                                                   Kurikulum nasional
                                                                                   Kurikulum Nasional







20%
 

 
                                                                                      Kurikulum Nasional
 


       Gambar 1. Kedudukan Muatan Lokal dalam Kurikulum

Kedudukan muatan lokal dalam kurikulum adalah 20 % dari seluruh program kurikuler yang berlaku. Alokasi waktu yang diberikan juga 20% dari keseluruhan program kurikuler di sekolah. Alokasi waktu untuk mata pelajaran muatan lokal di setiap jenjang pendidikan itu hampir sama yaitu 2 jam pelajaran, hanya berbeda waktunya untuk masing-masing jenjang.
  1. Jenjang pendidikan dasar, untuk tingkat SD/MI/SDLB, masing-masing 2 jam pelajaran per minggu ( 1 jam pelajaran = 35 menit) , sedangkan SMP/MTs/SMPLB, masing-masing 2 jam pelajaran perminggu ( 1 jam pelajaran = 40 menitJ
  2. Jenjang pendidikan menengah, untuk SMA/MA/SMALB, masing-masing 2 jam pelajaran per minggu ( 1 jam pelajaran = 45 menit), sedangkan SMK/MAK masing-masing 2 jam pelajaran per minggu (1 jam pelajaran = 45 menit dan durasi waktu 192 jam) Adapun kegiatan belajar mengajar efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester), baik untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, maupun SMK/MAK pada umumnya berkisar 34 sampai 38 minggu.
 Hal ini bisa dipelajari lebih lanjut dengan kalender pendidikan, dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan lingkungan di satuan pendidikan masing-masing.

Berdasarkan susunan program di atas, nampak bahwa muatan lokal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan kepada peserta didik di setiap tingkat kelas. Adapun mengenai isi dan pengembangannya merupakan kewenangan satuan pendidikan dan daerah masing-masing.
Kedudukan muatan lokal keterampilan memiliki alokasi waktutersendiri. Dalam hal ini perbandingan alokasi waktu yang diberikan dengan kegiatan kurikuler yang lainnya adalah 80 % dan 20 %. Muatan lokal keterampilan memiliki alokasi waktu 20% atau 2 jam pelajaran setiap minggunya. Mata pelajaran muatan lokal ini tidak berbeda dengan mata pelajaran yang lainnya dan juga memiliki kedudukan yang sama, mata pelajaran muatan lokal ini juga harus diikuti oleh semua siswa.

4.Ruang Lingkup Muatan Lokal
 Ruang lingkup dari muatan lokal disekolah adalah sebagai berikut:
a)    Muatan lokal dapat berupa : bahasa daerah, bahasa asing (arab,  Inggris, Mandarin dan Jepang), kesenian daerah, keterampilan dan  kerajinan daerah, adat istiadat (termasuk tata krama dan budi pekerti), dan pengetahuan tentang karakteristik lingkungan sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
b)    Muatan lokal wajib diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik pada pendidikan umum, pendidikan kejuruan maupun pendidikan khusus.
c)    Beberapa kemungkinan ruang lingkup wilayah berlakunya kurikulum muatan lokal, adalah sebagai berikut:
pada seluruh kabupaten/kota dalam suatu provinsi, khususnya di SMA/MA/SMK (Suharsimi Arikunto, 1997: 48) .Muatan lokal pada satu kabupaten/kota atau beberapa kabupaten/kota tertentu dalam suatuprovinsi yang memiliki karakteristik yang sama.Pada seluruh kecamatan dalam suatu kebupaten/kota yang memiliki karakteristik yang sama. Setiap sekolah dapat memilih dan melaksanakan muatan lokal sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi masyarakat, serta kemampuan dan kondisi sekolah. 
Ruang lingkup muatan lokal yang sangat banyak dan juga encakup seluruh aspek, yang disesuaikan dengan daerah masing-masing. Ruang ingkup yang sangat luas tersebut juga akan menjadikan ciri khas setiap sekolah. Kelebihan muatan lokal ini akan memberikan pengetahuan yang berbeda untuk siswanya. Termasuk muatan lokal keterampilan yang merupakan salah satu muatan lokal yang berbeda dengan yang lain. Keterampilan yang diberikan menjadikan bekal untuk siswa dalam melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

5.Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal
Berdasarkan pengalaman yang lalu, setiap daerah memiliki berbagai pilihan mata pelajaran muatan lokal baik untuk cakupan wilayah propinsi, kabupaten maupun kecamatan. Sehubungan dengan itu, dalam pelaksanaannya terdapat beberapa tahap yang dilalui, baik pada tahap persiapan maupun pada pelaksanaannya (E.Mulyasa, 2007)
a.  Persiapan
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru, kepalasekolah dan tenaga pendidik lain di sekolah pada tahap persiapan ini sebagai berikut:
1)    Menentukan mata pelajaran muatan lokal untuk setiap tingkat kelas yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi sekolah,dan kesiapan guru yang akan mengajar.
2)    Menentukan guru. Guru muatan lokal sebaiknya guru yang ada di sekolah, tetapi bisa juga menggunakan narasumber  yang lebih tepat dan professional. Misalnya untuk kesehatan menggunakan tenaga kesehatan, pertanian menggunakan penyuluh pertanian, dan kesenian memanfaatkan seniman yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Kehadiran mereka bisa part time(paruh waktu), hanya membantu guru, tetapi bisa juga full time(keseluruhan waktu), langsung memegang dan bertanggung jawab terhadap mata pelajaran muatan lokal tertentu. Kegiatan ini bisa dikoordinir oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bidang akademis,  bekerja sama dengan komite sekolah.
3)    Sumber dana dan sumber belajar.
Dana untuk pelajaran muatan lok al dapat menggunakan dana BOS(Bantuan Operasional Sekolah), tetapi bisa juga tidak. Bagi SMK dan SMA mungkin bisa menjual produk pembelajaran muatan lokal ke masyarakat sehingga biaya operasional bisa tertanggulangi. Misalnya keterampilan membuat wayang golek dari kayu di daerah Purwakarta, Jawa Barat. Demikian halnya dalam kesenian, bisa membuat group tari atau group seni tertentu, yang sewaktu-waktu bisa ditampilkan kepada masyarakat.

b.     Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal hampir sama dengan mata pelajaran lain, yang dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:
1) Mengkaji silabus
2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
3) Mempersiapkan penilaian

c.     Tindak Lanjut
Tindak lanjut adalah langkah-langkah yang akan dan harus diambil setelah proses pembelajaran muatan lokal. Tindak lanjut ini erat kaitannya dengan hasil penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran. Bentuk tindak lanjut ini, bisa berupa perbaikan terhadap proses pembelajaran, tetapi juga bisa merupakan upaya untuk mengembangkan lebih lanjut hasil pembelajaran, misalnya dengan membentuk kelompok belajar, dan group kesenian (E.Mulyasa, 2007)

Pelaksanaan muatan lokal harus dipersiapkan dengan matang, pelaksanaan muatan lokal juga harus disesuaikan dengan daerah masing-masing. Pelaksanaannya juga bertahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan pembelajaran dan juga tindak lanjut yang harus dilakukan. Semua itu harus dilakukan dengan runtut agar pelaksanaan muatan lokal disekolah dapat berjalan dengan baik.

6.Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pembelajaran Muatan Lokal
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran muatan lokal yaitu:
a.  Pengorganisasian Bahan
Pengorganisasian bahan hendaknya:
1)    Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, baik  perkembangan pengetahuan, cara berfikir, maupun perkembangan sosial dan emosionalnya.
2)    Dikembangkan dengan memperhatikan kedekatan siswa,baik secara fisik maupun psikis.
3)    Dipilih yang bermakna dan bermanfaat bagi  siswa dalam kehidupan sehari-hari.
4)    Bersifat fleksibel, yaitu memberi keleluasaan bagi guru dalam memilih metode dan media pembelajaran.
5)    Mengacu pada pembentukan kompetensi dasar tertentu secara jelas.
b.  Pengelolaan Guru
Pengelolaan guru hendaknya:
1)    Memperhatikan relevansi antara latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkan
2)    Diusahakan yang pernah mengikuti penataran, pelatihan atau kursus tentang muatan lokal
c.   Pengelolaan Sarana Pembelajaran
Pengelolaan sarana pembelajaran hendaknya:
1)    Memanfaatkan sumber daya yang terdapat di lingkungan sekolah secara optimal
2)    Diupayakan dapat dipenuhi oleh instansi terkait
d.  Kerjasama antar instansi
Untuk mewujudkan tujuan kurikulum muatan lokal, perlu diupayakan kerjasama antar instansi terkait, antara lain berupa:
1) Pendanaan
2) Penyediaan nara sumber dan tenaga ahli
3) Penyediaan tempat kegiatan belajar
4) Hal-hal lain yang menunjang keberhasilan pembelajaran muatan lokal
(E.Mulyasa, 2007).

Hal-hal tersebut diatas sangat berpengaruh dalam pelaksanaan muatan lokal keterampilan di sekolah. Setiap sekolah haruslah benar-benar memperhatikan semua aspek tersebut yaitu pengelolaan bahan, pengelolaan guru, pengelolaan sarana pembelajaran dan kerjasama antar
instansi. Semua itu akan berpengaruh besar apabila tidak diperhatikan dengan baik, jika salah satu diantaranya itu mengalami permasalahan  maka hasil pelaksanaan muatan lokal tidak akan tercapai dengan maksimal.
Keempat komponen tersebut dapat mengungkapkan keseluruhan pelaksanaan muatan lokal keterampilan yang ada di suatu sekolah. Komponen tersebut merupakan komponen yang ada pada pelaksanaan
pembelajaran muatan lokal. Berdasarkan komponen tersebut dapat dilihat
keberhasilan pelaksanaan muatan lokal keterampilan dari awal, kemudian
proses dan hasilnya. Pemberian bekal keterampilan dalam bentuk pelajaran muatan lokal keterampilan ini akan mengasah kemampuan dasar siswa dalam bidang keterampilan. Kemampuan dasar ini dapat menjadi bekal untuk siswa dalam memilih karir siswa itu sendiri di masa depan.
Bab ini adalah bab terakhir dari makalah tentang pengembangan kurikulum muatan lokal ketrampilan. Dalam bab ini dikemukakan beberapa kesimpulan dari pembahasan sebelumnya serta saran, yaitu sebagai berikut :
  1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
  1. Kurikulum muatan lokal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum nasional, keberadaannya diberikan porsi 20% isi kurikulum dan 80% kurikulum nasioanal, hal ini bertujuan agar penyelenggaraan pendidikan di daerah lebih meningkat relevansinya dengan keadaan dan kebutuhan lingkungannya, yang ditujukan terutama agar peserta didik mencintai lingkungannya. Hal tersebut sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional, oleh karena itu keberadaan kurikulum muatan lokal harus mendukung pelaksanaan kurikulum nasional.
  2. Tujuan program pengembangan kurikulum muatan lokal adalah untuk memberikan bekal pengetahuan keterampilan, pembentukan sikap dan prilaku siswa, agar mereka memiliki wawasan yang luas, dan mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat. Sehingga nantinya siswa mampu mengembangkan serta melestarikan sumber daya alam dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional dan daerah.
  3. Dalam meningkatkan relevansi pendidikan dengan pembangunan dan kebutuhan masyarakat, pemerintah mengupayakan diantaranya dengan pengembangan kurikulum muatan lokal, atau dengan kebijakannya “Link and Match”. Melalui kebujakan ini perlu diperkuat keterkaitan antara pendidikan dan dunia usaha dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan sertifikasi pendidikan dan pelatihan yang relavan dengan kebutuhan ekonomi.
  1. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, dalam makalah ini penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
a)    Bagi Departemen Pendidikan Nasional atau lembaga pengembangan kurikulum, mengingat dalam implementasi pengembangan kurikulum muatan lokal masih jauh dari yang diharapkan, disarankan agar senantiasa melakukan pemantauan ke lapangan untuk melihat secara langsung pelaksanaan pembelajaran muatan lokal.

b)    Bagi pihak Sekolah, (Kepala sekolah dan guru), agar proses belajar mengajar yang dilakukan terkait dengan kemampuan anak kebutuhan masyarakat dan  lingkungannya, maka disarankan untuk mencari sumber-sumber belajar yang berkaitan dengan kebutuha masyarakat. Sumber-sumber tersebut bisa didapatkan dari tokoh-tokoh masyarakat yang ada di daerah.

c)    Bagi para orang tua dan masyarakat, diharapkan selalu berpartisipasi dalam pelaksanaan pendidikan, karena pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Peningkatan partisipasi ini bisa dilakukan antara lain memberitahukan program-program yang akan dan sedang dilaksanakan di atau oleh masyarakat, kepada pihak sekolah untuk dipelajari dan disesuaikan dengan program/kurikulum sekolah.



DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1993), Link and Match, Jakarta, Seri kebijakan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.  ( 1994 ), Kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hamalik. Oemar. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
Ibrahim dan Beny Karyadi, (1991), Pengembangan Inovasi Kurikulum. Jakarta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Setara D-II.
Idi. Abdullah.(2011). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Jogyakarta. Ar-Ruzz Media.
Kleong Klede Jaya, (1990), Peraturan Pemerintah R.INo. 27-28-29 & 30 Tahun 1990
Tentang Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional.  Jakarta.
Nana Syaodih Sukmadinata, (1988), Prinsip Dan Landasan Pngembangan Kurikulum. Jakarta, Depdikbud, P2LPTK.
_______________ (2000), Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek. Bandung, Remaja Rosda Karya.
Suharsimi Arikunto dan Asnah Said, (1998), Pengembangan Program Muatan Lokal (PPML). Jakarta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas Setara D-II.