Ibu pertiwi yang menangis tak bisa dibiarkan, lalu apa
yang bisa membuatnya tersenyum dan sedikit melalaikan kepedihannya?
Mungkin dengan bergandeng tangan bersama menyibak
tabir yang terlanjur membentang, menambal payung yang telah berlubang-lubang
yang pernah tertusuk pedang dengan secarik kain sutera yang kita tenun dengan
segenap jiwa dan rasa cinta, menjahitnya dengan benang emas semangat kita yang
masih tersisa. Meski sudah terkoyak karena usia dan keteledoran kita dalam
merawatnya semoga belum terlambat untuk menjadikannya kembali mampu
menaungi dari curahan hujan yang masih saja deras membasahi bumi pertiwi
dengan tanpa perduli.
Dengan bergandeng tangan eratkan genggaman jemari kita
dengan penuh rasa setia dan rela meski sempat basah dan lelah jiwa kita
namun masih ada semangat menggelora tuk kembali tegakkan Pancasila. Memang
tidaklah mudah untuk berdiri lagi ...namun dengan tulus dan tak mudah
menyerah kembalikan eksistensinya kembalikan kesaktiannya yang memang masih
terpancar dari jiwa kita yang paling dalam. Kang Doel.. generasi setelah kita
memang sangat berbeda, namun mereka masih tetap tanggungjawab kita sebagai
penerus tanah air tercinta.. siapa lagi yang mau perduli jika bukan kita?
Meski
dengan perang yang besar melawan globalisasi namun kita masih memiliki
Pancasila yang bisa dijadikan tamengnya. Kita yang berjuang Kang.. kita yang
harus menjaga Indonesia tercinta dengan menyelamatkan idiologi kembali pada
cita-cita pendirian bangsa kita... tentu saja dengan melibatkan dan menempatkan
mereka..generasi muda di haluan terdepan bersama kita. kita masih bisa ...kita masih
dibutuhkan pertiwi tercinta.... karena kita penuh dengan rasa bangga jadi warga
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar