MENGAJAR
DENGAN METODE HUMOR
Guru
merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam pencapaian
keberhasilan pembelajaran di sekolah, di tangan guru terletak harapan segala
perubahan peningkatan pengetahuan akademik, ketrampilan, kreatifitas dan sikap
peserta didik. Guru ibarat magnet yang menarik dan mampu menjadi pusat
perhatian peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar sehingga peserta didik
merasa enjoy dalam setiap mengikuti pembelajaran di sekolah.
Oleh sebab itu untuk mensukseskan pendidikan ditemukan berbagai
model pembelajaran. Saat ini sudah banyak model pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning/CTL, dimana CTL ini (ada 32 macam model CTL menurut Zainal Aqib
dalam bukunya Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(inovativ)), merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antar materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerpannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Namun hal ini masih sangat perlu dimulai dengan motivasi yang tinggi. Dari
hampir semua model CTL tersebut memiliki karakteristik menyenangkan dan tidak
membosankan.
Pada kesempatan ini penulis memperkenalkan
metode pembelajaran baru dengan nama Medel Humor.
Humor bukan perkara main-main, bukan
sekedar lucu-lucuan yang diciptakan sambil lalu, justru humor perkara serius
yang untuk menghasilkannya perlu pemikiran serius dan modal kreatifitas tinggi.
Sebagai karya yang serius, humor tentu
bermanfaat, diantaranya membuat orang santai dan bersahabat, meredakan
kericuhan dan konflik, bahkan mampu meredakan amarah. Dan perhatikanlah tidak
ada orang yang berkelahi sambil tertawa. Kalaupun ada hanya pada tayangan
sinetron saja. Humor mampu menjadi obat yang mengurangi rasa sakit secara
misterius. Humor juga mampu membantu orang untuk memahami sesuatu, meningkatkan
komunikasi dan mampu mencetuskan motivasi kebersamaan. Humor menyebarkan
kebahagiaan dan yang pasti dengan humor mampu mengasah kreatifitas seseorang.
Melihat sisi kesaktian humor, maka
dapat didayagunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas untuk meningkatkan
kreatifitas peserta didik. Dalam KBM (kegiatan belajar mengajar), humor menjadi
“bumbu penyedap” yang mampu meningkatkan “nafsu makan” para peserta didik.
Guru yang peka dan kreatif tentu tidak
akan menyia-nyiakan ha ini untuk menebarkan humor di dalam kelasnya. Bukankah
mengajar termasuk seni, dan setiap guru adalah seniman dalam bidangnya. Guru
dapat mengembangkan bakat seninya dengan menyisipkan humor dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga
peserta didik tidak bosan dengan materi yang disampaiakan.
Penyampaian materi dengan metode humor
ini akan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, meningkatkan keakraban
antar teman, hubungan guru dengan murid lebih menyenangkan. Dengan menyenangi
guru yang mampu berhumor tentu saja akan menyukai mata pelajaran yang
diampunya, cepat memahami dan menangkap materi pelajaran, mengesankan, serta
materi pelajaran akan tersimpan dalam
ingatan, serta mampu membuat peserta didik betah dan senang di sekolah.
Namun, guru tidak boleh sembarangan
melempar humor di dalam kelas. Humor di kelas sangat berbeda dengan humor
lawakan di panggun. Humor di kelas harus menyatu dengan materi yang sedang
diajarkan. Penyampian humor jangan semata-mata namun tanpa disadari oleh
peserta didik dan mereka tahu-tahu tergelitik dan tertawa. Humor harus sopan
artinya tidak menyinggung perasaan dan vulgar. Hindari penyampaian humor pada
peserta didik yang sama dan berulang-ulang, hal ini akan menimbulkan kebosanan
dan ketidak senangan.
Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah bahwa tidak semua humor itu mengundang tawa, sebab tidak semua humor
lucu. Jangan dianggap bahwa humor itu selalu lucu dan wajib ditertawakan, sama dengan anggapan bahwa semua peserta didik
itu pintar. Hilangkan pengertian tersebut dan mulailah dengan memikirkan
hal-hal baru /segar untuk bahan humor di depan kelas.
Kenyataan bahwa humor bisa sama sekali
tidak lucu (jika tidak dimengerti maknanya), humor bisa membosankan (jika
diulang-ulang), humor bisa menjengkelkan (jika menyinggung perasaan), humor
bisa menimbulkan amarah (jika bernada mengejek), bahkan humor dapat menyulut
dendam (jika bermaksud melecehkan).
Humor yang ditebar di dalam kelas
harus dipertimbangkan. Humor akan dikatakan baik dan mempunyai daya dukung
pembelajaran jika tepat bahan, tepat sasaran, tepat waktu, tepat situasi, dan
tepat cara penyampaiannya. Dosis humor dalam kegiatan belajar mengajar harus
tepat sehingga tidak akan terjadi ger-geran selama pelajaran berlangsung, namun
“bumbu humor” dapat menyegarkan KBM dan mampu membuat peserta didik bersemangat
dalam menuntut ilmu. Semoga berhasil, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar