Sabtu, 29 Desember 2018

Revitalisasi Hubungan SMK dengan DUDI


    Revitalisasi  Hubungan SMK dengan  DUDI
                   Oleh : Indria  Mustika
Hanya menjadikan  dunia usaha dan dunia industri (DUDI) sebagai tempat praktik kerja  industri  (prakerin)  siswa SMK adalah  cara  pandang lama yang harus segera dirubah. Sebab  kerjasama SMK dengan DUDI    seharusnya  dirancang secara holistik dan komprehensif untuk menjawab kebutuhan      pasar kerja yang bergerak  dinamis.  Namun ini tidak mudah. Ada banyak persoalan yang dihadapi SMK mulai ketersediaan guru produktif, kompetensi guru, sarana dan prasarana, kurikulum, kelembagaan dan pembinaan kesiswaan dan  sertifikasi kompetensi.  
Muara dari persoalan itu  nampak pada tingkat  mutu dan relevansi lulusan SMK,  yaitu keterserapan lulusan dan kesesuaian  bidang pekerjaan dengan bidang keahlian yang nampaknya semakin  jauh panggang dari  api. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan,  pada tahun 2017  lalu,  SMK justru menjadi penyumbang terbesar pengangguran dengan angka 11,41 persen.
   Persoalan itulah yang menjadi salah satu  latar belakang  mengapa, revitalisasi kerjasama DUDI dengan  SMK  menjadi salah satu  fokus perhatian  Inpres 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK.  DUDI tidak boleh lagi hanya menungggu tersedianya  tenaga  kerja yang  terampil tanpa bersedia terlibat dalam proses pembentukannya.
 Namun  demikian, kendati Inpres 9 tahun  2016 telah  diterbitkan,  bukan berarti persoalan  hubungan SMK dengan DUDI selesai. Sebab cara  pandang lama yang menganggap penyiapan sumberdaya manusia adalah  tanggung jawab sekolah masih sangat  kuat. Belum lagi lemahnya  posisi tawar dan kemampuan pengelola sekolah dalam membuka pintu kerjasama, utamanya dengan DUDI berskala nasional dan  internasional.
Karena  itu  intervensi  pemerintah  tidak  boleh hanya berhenti  pada terbitnya Inpres tentang Revitalisasi  SMK. Perlu  langkah kongkrit  untuk mempertemukan DUDI dengan SMK dalam sebuah kerjasama yang setara dan sepadan. Tujuannya  agar SMK   tidak gagal menjawab tantangan karakteristik kerja  yang akan menyertai hadirnya  revolusi indusri keempat.  Juga berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN  yang akan disertai dengan mobilitas  dan persaingan tenaga kerja secara bebas  antar negara.
Pembentukkan Tim  Fasilitasi Lintas Sektor dengan tugas utama untuk menjadi pendamping dan jembatan  terbangunnya kerjasama  antara SMK dan DUDI  bisa  jadi menjadi salah satu cara yang efektif dan rasional.  Disamping itu perlu adanya  insentif bagi DUDI yang  ambil bagian dalam proses pengembangan SMK.  Agar bentuk kerjasama ini lebih  permanen, perlu payung hukum yang jelas.
                                                                                            Tugas kebangsaan DUDI
  Peran serta DUDI dalam  menyiapkan sumberdaya manusia menurut saya   adalah bagian dari tugas kebangsaan. Sebab  berkaitan langsung  dengan upaya  mempersiapkan generasi muda Indonesia agar  memiliki kualifikasi  dan kompetensi untuk  bersaing  mengisi peluang  kerja  yang ada. Daya  saing ini tentu  berkaitan  dengan martabat  kita sebagai  suatu bangsa. Karena  itu    perlu dilakukan kerjasama holistik  dan komprehensif antara SMK  dengan  DUDI. Skema kerjasama  bisa dilakukan melalui pengembangan  dan implementasi  strategi dual system.
Strategi ini dirancang bersama  antara sekolah dengan DUDI untuk memastikan kurikulum selaras dengan kebutuhan dunia kerja dengan memadukan secara sistematis program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian melalui praktek di  dunia kerja sesuai dengan orientasi  kompetensi yang ingin  dicapai. Dengan demikian diharapkan dapat menjamin keterserapan  lulusan  dalam dunia kerja sesuai dengan bidang keahliannya.
Disamping kurikulum, strategi dual  system  juga mensyaratkan pengelolaan prakerin dan magang  kerja dilakukan dengan mengimplementasikan   silabus kedalam pembelajaran. Dengan demikian kemampuan peserta didik  yang didapat melalui  latihan dan praktik di sekolah dapat diterapkan di dunia kerja pada saat prakerin. Karena itu harus disusun  modul prakerin  yang dapat menjadi pedoman bersama  untuk melakukan pendampingan, penilaian dan evaluasi.
Menghadirkan teaching factory juga  bagian penting strategi dual system. Tujuannya untuk memberikan pengalaman nyata kepada siswa untuk menghasilkan  sebuah produk melalui transfer lingkungan industri kedalam ruang  praktik di sekolah. Dengan demikian teaching factory dijalankan berdasarkan prosedur dan standar kerja yang  sesunggungnya.  Demikian juga kerjasama  dalam  peningkatan kualitas guru melalui program magang. Tujuannya agar  guru produktif dapat memahami perkembangan dunia industri.   
Kerjasama DUDI dan SMK adalah sebuah keniscayaan, Harapannya  kerjasama ini dapat menjadi bagian dari program akselerasi  untuk mempersiapkan sumberdaya  manusia yang memiliki ketrampilan yang  diperlukan oleh  dunia kerja. (*)  
Indria Mustika, SP.d, M.Pd, adalah Ketua Jurusan Tata  Busana di  SMKN 2 Jepara

 
   

  






.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar