![]() |
PERILAKU KEPEMIMPINAN MODEL PATH
GOAL
BAB 1
PENDAHULUAN
Kehidupan ini
sudah ada ketentuannya, meskipun demikian tidaklah boleh memasrahkan segala
sesuatunya begitu saja. Tanpa berusaha dan tanpa memiliki harapan yang disertai
dengan semangat serta motivasi untuk berkembang dan membuat gambaran untuk masa
depan. Dengan harapan, kita akan memiliki semangat berjuang dalam kehidupan. Kadang
kala kita memerlukan orang lain untuk membangkitkan motivasi dan semangat,
karena hal itu belum muncul, sehingga kita mencari orang yang tepat untuk hal
ini. Tokoh-tokoh yang dianggap karismatik dan sukses, didekati untuk memperoleh
nasihat dan pencerahan. Sukses disini adalah dalam memimpin suatu kelompok atau
masyarakat. Karismatik dapat diperoleh melalui istiqomah atau keajegan dari
suatu aktifitas baik. Pemimpin tipe karismatik ini pada umumnya memiliki
kewibawaan yang sangat besar terhadap pengikutnya. Kewibawaan memancar dari
pribadinya,yang dibawanya sejak lahir. Pemimpin ini biasanya memiliki kekuatan
supranatural, dari penampilannya memancarkan kewibawaan yang menyebabkan
pengikutnya merasa tertarik dan kagum serta patuh. Contoh beberapa pemimpin
karismatik diantaranya adalah Iskandar Zulkarnaen, J.F. Kennedy, Soekarno dan
Gandhi. (Rivai.2012).
Memimpin
merupakan suatu kegiatan yang terus-menerus, mengelola sumber daya, mengelola
perasaan anggota/karyawan, mengelola sikap dan kemampuan yang berbeda-beda.
Oleh sebab itu kepemimpinan yang diterapkan harus disesuaikan dengan kondisi
yang berbeda dan kadang berubah-ubah, karena jika ajeg/sama modelnya maka
hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Seorang pemimpin diharapkan mampu
mempengaruhi semua aspek dalam organisasi.
Seorang
pemimpin belum tentu seorang manajer. Pada uraian diatas adalah pemimpin
kelompok. sedang yang akan kita bahas di makalah ini adalah pemimpin dalam
manajemen. Berarti pemimpin yang manajer.
Kepemimpinan
adalah subyek yang paling penting untuk manager, karena peran kritis yang
dimainkan oleh pemimpin adalah efektifitas kelompok dalam organisasi.
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan
aktifitas yang berkaitan dengan tugas, seperti; menegakkan
disiplin, melaksanakan
tugas dengan benar, mengarahkan kelompok dan memberikan motivasi. Sedangkan manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Melihat keadaan ini, dari berbagai teori
kepemimpinan, yang paling tepat adalah teori kepemimpinan Situasional.
Pada
kesempatan ini penulis hendak membahas perilaku kepemimpinan dalam manajemen
yang terdapat dalam kepemimpinan situasional dengan gaya Path Goal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Arti
Kepemimpinan
Pemimpin di
suatu organisasi, memiliki posisi yang dominan dalam menentukan maju mundurnya
suatu perusahaan/organisasi. Kinerja yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan/organiasi gambaran
kepemilikan hasil yang diberikan oleh pemimpin yang mengelola
perusahaan/organisasi tersebut.dan stakeholders terbiasa menjadikan kinerja
sebagai salah satu ukuran dalam mendukung pengambilan keputusan. Seorang
pemimpin yang baik adalah yang mampu mengelola seluruh sumber daya yang
dimiliki dan mampu memberikan keuntungan serta kepuasan kepada stakeholders. Seorang pemimpin harus memahami tentang
kepemimpinan.
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin
artinya tuntun, bimbing yang mendapatkan imbuhan ke-an yang artinya menjadi
perihal memimpin, cara memimpin. Dalam Ensiklopedia Umum halaman 549, kepemimpinan
diartikan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan sekelompok manusia
karena adanya kepentingan bersama, hal itu ditandai oleh tingkah laku yang
tertuju dan terbimbing dari manusia yang satu itu yang disebut pemimpin atau
yang memimpin.
Kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1083:123), menurut Robbins (2002:163)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai
tujuan. Menurut Ngalim Purwanto (1991: 26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari
serangkaian kemampuan dan sifat-sifat
kepribadian, termasuk di dalamnya
kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa
tidak terpaksa.
Kepemimpinan adalah sebagai kemampuan
seseorang atau pemimpin untuk mempengaruhi perilaku orang lain menuju
keinginan-keinginannya dalam suatu keadaan tertentu atau dengan kalimat lain
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Dalam
(Irfan.2012), kepemimpinan merupakan ilmu yang mengkaji secara komprehensif
tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan.
Apa
yang diharapkan seorang pemimpin/manajer dari orang-orang bawahannya dan cara
ia memperlakukan mereka, sangat menentukan pekerjaan mereka serta kemajuan
kariernya. Seorang manajer diharapkan mampu menciptakan harapan-harapan besar
mengenai pekerjaan yang dipenuhi orang-orang bawahan. Pemimpin yang kurang
semangat/giat akan gagal untuk terus mengembangkan harapan-harapan anggota
organisasi tersebut sebagai akibatnya produktifitas bawahannya akan terganggu.
Dalam
mengembangkan dan memajukan suatu orgnisasi manajer dengan pengaruh
kepemimpinan yang dimilikinya berkewajiban untuk memahami perilaku setiap karyawan
yang berada di lingkungan kerjanya. Karena itu dalam mewujudkan suatu perilaku
yang diinginkan oleh konsep manajemen maka seorang manajer mengharuskan untuk
mempergunakan kekuatannya. Kekuatan legitimasi, penghargaan, dan koesif adalah
bentuk dari kekuatan jabatan yang digunakan manajer untuk mengubah perilaku
karyawan.
Ketiga
kekuatan tersebut dijelaskan oleh Richard (2003),berikut;
1. Kekuatan
legitimasi (legitimate power),
kekuatan yang berasal dari posisi manajemen formal dalam sebuah organisasi dan
otoritas yang diberikan padanya.
2. Kekuatan
penghargan (reward power), berasal dari otoritas untuk memberi penghargaan
kepada orang lain.
3. Kekuatan
koesif (coercive power), kebalikan
kekuatan penghargaan adalah kekuatan koesif, ini mengacu pada otoritas untuk
menghukum atau merekomendasikan hukuman.
Dengan
ketiga bentuk kekuatan tersterebut diatas maka pihak manajer berusaha untuk
mengelola berbagai perilaku karyawan agar tercapai ketaatan dalam bekerja.
Ketaatan berarti bahwa pekerja akan mengindahkan perintah dan melaksanakan
instruksi, sekalipun secara pribadi mereka tidak setuju dan tidak antusias.
Karena yang harus dihindari oleh pihak manajer adalah para karyawan melakukan
penghindaran pekerjan dengan alasan-alasan yang tidak jelas atau sesuatu yang
tidak bisa diterima oleh logika konsep pekerjaan. Ini disebut resistensi, yang berarti bahwa pekerja
akan secara sengaja berusaha untuk menghindari pelaksanaan instruksi atau akan
mencoba untuk tidak mengindahkan perintah.
Seorang pimpinan dalam mengarahkan
para karyawan dalam melaksanakan pekerjaan tidak hanya harus dilakukan atas
dasar perintah dan sanksi yang akan diterima, namun seorang pemimpin juga harus
mengedepankan sikap kewibawaan yang teraplikasi dalam bentuk personal power yang dimilikinya. Personal power atau kekuatan pribadi ini
tidak lahir begitu saja, namun melalui proses yang panjang. Dalam arti tidak
mungkin seorang pemimpin bisa bijaksana jika tidak merasakan apa yang
sesungguhnya dialami oleh bawahannya. Banyak pendapat bahwa sebaiknya seorang
pemimpin adalah yang berasal dari bawah
di perusahaan tersebut atau mereka memulai pekerjaan dari posisi bawah dan
dalam proses yang panjang menjalani dengan penuh kesabarana serta keyakinan hingga akhirnya sukses
mendapatkan posisi yang diinginkan.
Bawahan
mengkuti pemimpin karena rasa hormat, kekaguman, atau rasa sayang mereka atas
sosok pemimpin secara pribadi atau ide-ide pemimpin. Pemimpin lebih dihormati
dan dikagumi karena kepemilikan karakter, bukan karena jabatan.
Seorang pemimpin mempengaruhi para
bawahannya berdasarkan;
- Coersive power (kekuasaan berdasarkan paksaan), kekuatan ini berdasarkan atas rasa takut dan berlandakan perkiraan pihak bawahan bahwa ia akan dikenakan hukuman bila tidak menyetujui tindakan-tindakan dan keyakinan atasan.
- Reward power (kekuatan untuk memberikan kekuatan), pemimpin dapat memberikan penghargaan kepada bawahan, jika melakukan tindnan akan yang sesuai keinginan atasan.
- Legitimate power (kekuatan yang sah),kekuatan ini timbul dari posisi supervisor di dalam organisasi bersangkutan.
- Expert power (kekuatan karena keahlian), kekuatan ini timbul karena seseorang individu memiliki ketrampilan tertentu, pengetahuan atau menerapkan keahiannya dalam bidang tertentu.
- Kekuatan referen, didasarkan atas identifikasi seorang pengikut dengan seorang pemimpin yang sangat dihormati dan terpandang oleh pengikut tersebut.
Kegagalan
dalam menemukan konsep tentang kepemimpinan yang bersifat universal yang
terfokus pada sifat dan perilaku seorang pemimpin, melahirkan pendekatan baru
dalam kepemimpinan. Keyakinan dasar dari pendekatan perilaku kontigensi adalah
perilaku pemimpin yang efektif pada situasi tertentu belum tentu efektif dalam
situasi yang lainnya. Artinya keefektifan seorang pemimpin tergantung
(kontigen) pada situasi organisasi dan bukan sebaliknya bahwa perilaku yang
efektif pada satu situasi akan efektif juga pada situasi lainnya. Pendekatan
kontigensi ini menegaskan bahwa sesuatu hal tergantung pada hal lainnya
sehingga untuk menjadi pemimpin yang efektif harus ada kecocokan antara
perilaku pemimpin dan gaya pemimpin pada kondisi dan situasi di dalam
organisasi. Gaya kepemimpinan yang efektif pada situasi tertentu mungkin tidak akan
efektif pada situasi yang lain sehingga pendekatan kontigensi ini
menekankan ketergantungan sesuatu hal dengan sesuatu hal lainnya.
Adapun
yang termasuk dalam jenis kepemimpinan kontigensi situasional ini adalah;
1. Model
Kontingensi Fiedler,
2. Model
Partisipasi Pemimpin Vroom-Jago
3. Model
Kepemimpinan Jalur-Tujuan (Path-Goal Theory)
4. Model
Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard
Dalam
makalah ini penulis memilih untuk membahas model kepemimpinan Path Goal
dengan perilaku kepemimpinan dalam menejemen yang dapat diterapkan sesuai
kondisi di Indonesia.
B.
Penjelasan
mengenai model Kepemimpinan Jalur Tujuan/Path
Goal Theory
Kepemimpinan pada model Jalur Tujuan ini
menerangkan bagaimana perilaku seorang pemimpin mempengaruhi motivasi dan
prestasi kerja bawahannya, dalam situasi kerja yang berbeda-beda. Teori ini
memusatkan perhatian pada cara pemimpin mempengaruhi prestasi kerja bawahan
tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalan meraih tujuan.
Dasar
dari teori ini adalah teori motivasi harapan (expectancy theory) yang menyatakan bahwa motivasi seseorang
tergantung pada harapan akan imbalan dan valensi atau daya tarik imbalan
tersebut.
Penekanan
disini adalah kemampuan pemimpin untuk memberikan imbalan dan menjelaskan apa
yang harus dikerjakan oleh bawahan untuk memperoleh imbalan itu.
Pokok-pokok
penting dalam teori Path Goal adalah;
1. Pemimpin
memenuhi kebutuhan bawahan yang berkenaan dengan efektivitas pekerjaan
2. Pemimpin
memberikan latihan, bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan oleh bawahannya
Menurut
Safaria (2012), teori ini menekankan tanggung jawab pemimpin untuk meningkatkan
motivasi karyawan agar tujuan personal dan organisasi tercapai.
Path Goal
berusaha meramalkan efektifitas kepemimpinan dalam berbagai situasi, pemimpin
menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positiv, kemampuan untuk
melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Diberi nama Path Goal karena memfokuskan pada bagaimana pemimpin mempungaruhi
persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri dan jalan
untuk menghadapi tujuan.
Teori
pengharapan (expentanci theory)
menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan
antara usaha dan prestasi (Path Goal)
dengan valensi dari hasil (Goal
attractiveness). Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika
melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka lakukan
dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi. Pemimpin yang efektif yang
membantu bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi.
Teori
path Goal menekankan tanggung jawab pemimpin untuk meningkatkan motivasi
bawahan dengan cara
Teori
Path Goal, menganjurkan pemimpin
terdiri dari 2 fungsi dasar:
1. Memberi
kejelasan alur.
Seorang
pemimpin harus mampu membantu bawahannya dalam memahami bagaimana cara kerja
yang diperlukan dalam menyelesaikan tugasnya
2. Meningkatkan
jumlah hasil (reward)
Bawahannya
memberi dukungan dan perhatian terhadap kebutuhan pribadi mereka
Dalam
membentuk fungsi tersebut, pemimpin dapat mengambil berbagai gaya kepemimpinan.

Empat
gaya kepemimpinan yang di jelaskan dalam Path
Goal
1. Kepemimpinan
pengarah (directive leadership). Digambarkan
sebagai pemimpin yang menunjukkan dominasi
dalam mengarahkan, mengawasi, dan mengatur bawahan secara ketat seperti
apa yang harus bawahan kerjakan, bagaimana caranya, kapan, dimana, dan
sebagainya. Perilaku pemimpin lebih banyak membuat perencanaan, jadwal kerja,
menetapkan tujuan kinerja, dan standart perilaku bawahan, serta menekankan pada
pemenuhan terhadap aturan dan peraturan yang ada di dalam organisasi.
2. Kepemimpinan
pendukung (supportive leadership). Pemimpin
bersifat ramah dan menunjukkan kepedulian akan kesejahteraan dan pemenuhan
kebutuhan bawahan. Ia juga memperlakukan semua bawahan sama dan menunjukkan
tentang keberadaan mereka, status, dan kebutuhan-kebutuhan pribadi. Sebagai
usaha untuk mengembangkan hubungan
interpersonal yang menyenangkan diantara kelompok. Kepemimpinan model ini
memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja bawahan pada saat mereka
mengalami frustasi dan kekecewaan. Kepemimpinan suportif ini mempunyai kesamaan
dengan gaya pemimpin yang berorientasi pada orang atau hubungan.
3. Kepemimpinan
partisipatif (partisipative leadership).
Pemimpin model ini tidak segan-segan berkonsultasi dengan bawahan dan
menggunakan saran-saran serta ide-ide mereka sebelum mengambil suatu keputusan.
Perilaku pemimpin yang muncul termasuk
menanyakan opini dan saran dari bawahan, mendorong partisipasi dalam membuat
keputusan dan banyak berdiskusi dengan bawahan, hal ini dapat meningkatkan
motivasi kerja bawahan. Kepemimpinan ini mempunyai kesamaan dengan gaya
kepemimpinan partisipatif pada teori kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard.
4. Kepemimpinan
berorientasi prestasi ( achievement
oriented leadership). Gaya ini seorang pemimpin menetapkan tujuan yang
menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi seoptimal mungkin serta
terus menerus mencari pengembangan prestasi dalam proses pencapaian tujuan
tersebut. Perilaku pemimpin jenis ini termasuk menekankan kinerja berkualitas
tingi dan peningkatan kinerja di masa depan. Pemimpin jenis ini percaya pada
bawahannya dan memberikan bimbingan kepada mereka untuk mencapai tujuan
tertingi.
Oleh Keempat gaya di atas merupakan tipe-tipe
perilaku yang dapat diamati secara objektif dan dapt diadopsi oleh pemimpin.
Selain empat gaya pemimpin teori Path
Goal juga menjelaskan dua kontigensi situasional yang akan mempengaruhi
pemimpin yaitu;
- Karakteristik dari bawahan
Karakter
pribadi dari bawahan pada teori ini sama dengan tingkat kesiapan dan kematangan
bawahan atau kelompok. Karakteristik tersebut mencakup apakah bawahan memiliki
kemampuan, keahlian, ketrampilan, keyakinan dirindan motivasi tinggi. Jika
rendah maka pemimpin melakukan pelatihan, pengarahan secara langsung dan
pemberian hadiah untuk bawahan.
Karakteristik
pribadi dari bawahan sama dengan tingkat kesiapan dan kematangan bawahan. Hal
ini menyangkut dengan tingkat kemampuan;
·
R1 yaitu tidak mampu dan tidak bersedi
atau tidak yakin
·
R2 yaitu tidak mampu tapi bersedia atau
yakin
·
R3 yaitu mampu tapi tidak bersedia atau
tidak yakin
·
R4 yaitu mampu dan bersedia atau yakin
- Lingkungan kerja
Lingkungan
kerja mencakup tingkat struktur tugas, sistem wewenang formal yang ada dan
kelompok kerja. Tingkat struktur tugas mencakup apakah tugas mempunyai
definisi, deskripsi pekerjaan, dan prosedur kerja yang jelas. Sistem wewenang
formal mencakup jumlah kekuasaan yang digunakan pemimpin sertaapakah kebijakan
dan aturan membatasi perilaku bawahan. Karakteristik kelompok kerja mencakup
tingkat pendidikan bawahan dan kualitas hubungan diantara bawahan. Karakteristik
kelompok kerja mencakup tingkat pendidikan bawahan dan kualitas hubungan
diantara bawahan.
Jika
situasi yang dihadapi pemimpin adalah ketidak mampuan bawahan atas hadiah yang
diberikan oleh atasan, maka pemimpin harus mengadopsi gaya kepemimpinan
partisipatif. Dengan gaya ini pemimpin mendengarkan dan mengajak bawahannya
untuk menentukan jenis hadiah seperti
apa yang diinginkan. Apakah hadiah yang bersifat intrinsik seperti tantangan
kerja, atau hadiah ekstrinsik seperti pemberian bonus, promosi, atau tunjangan
kesejahteran.
Penerapan teori Path Goal ini bagi
seorang pemimpin adalah dengan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut;
- Pemimpin harus memahami apa yang diinginkan bawahannya dan berusaha untuk merangsang bawahan mencapai kebutuhan tersebut, melalui regard yang disediakan pemimpin.
- Pemimpin meningkatkan hadiah bagi bawahannya ketika berhasil mencapai tujuan kerjanya.
- Pemimpin harus berusaha sekeras mungkin untuk menyediakan jalur yang mudah bagi bawahan untuk mencapai tujuan kinerjanya dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang maksimal.
- Menolong bawahan mengklarifikasikan harapan-harapannya. Hal ini dilakukan agar tidak memiliki harapan yang terlalu tinggi sehinga tidak mungkin dicapainya.
- Pemimpin harus berusaha untuk mengurangi hambatan yang menimbulkan frustasi bagi proses tujuan kinrja bawahan.
- Pemimpin harus berusaha untuk meningkatkan kesempatan bawahan merasakan kepuasan pribadi melalui pencapaian kinerja yang efektif (Luthans.1995).
Jika
keenam prinsip diatas bisa dipenuhi oleh
pemimpin dapat dipastikan bahwa bawahan
akan lebih mudah mencapai tujuan kinerja secara efektif.
Dengan
menggunkan gaya kepemimpinan tersebut, pemimpin harus berusaha untuk
mempengaruhi persepsi para karyawan/bawahannya dan mampu memberikan motivasi,
dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian
tujuan, kepuasan kerja dan pelaksanaan kerja yang efektif.
Model kepemimpinan jalur tujuan
menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan, mengenai
tujuan kerja, tujuan pengembangan diri dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari
model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model ini di populerkan oleh
Robert Hause yang berusaha yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan
dalam berbagai situasi.Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana
perilaku seorang pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja para bawahan.
Menurut teori ini ada dua variabel
situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah:
1. Karakteristik
pribadi para bawahan, diantaranya;
-
Letak kendali (locus of control),
keyakinan individu bahwa reward/hasil yang diperoleh adalah hasil usaha
sendiri (kendali internal), yang paling
tepat adalah model kepemimpinan participate. Letak kendali eksternal adalah
bila mana hasil kerja tersebut berasal dari pemimpin yang telah memberikan
pengarahan dan petunjuk-petunjuk sehingga memcapai hasil kerja yang optimal.
-
Kesediaan untuk menerima pengaruh (authoritarisme), kesediaan untuk
menerima pengaruh dari orang lain
-
Kemampuan (abilities), kemampuan dan pengalaman bawahan akan mempengaruhi
hasil kerja.
2. Lingkungan
internal organisasi ada beberapa yang perlu diketahui yaitu
-
Struktur tugas, struktur kerja yang
tinggi akan mengurangi peran pemimpin, model kepemimpinan pada lingkungan kerja
ini adalah model kepemimpinan directive,
dimana pemimpin memberitahu apa yang
diharapkan dan memberi bimbingan pada bawahan
-
Wewenang formal, wewenang formal yang
tinggi akan membagi habis tugas, maka kepemimpinan yang tepat pada kondisi ini
adalah kepemimpinan jenis directive
-
Kelompok kerja, kelompok kerja dengan
tingkat kerjasama yang tinggi kurang membutuhkan kepemimpinan jenis yang tepat
adalah kepemimpinan jenis supportive, karena bawahan sudah memahami tugas pokok
fungsinya, pemimpin hanya memberikan dorongan untuk mencapai tujuan dengan
sempurna.
Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan
bagaimana perilaku seorang pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan.
Cara seorang pemimpin mempengaruhi bawahan
sebagai berikut;
·
Memperjelas jalan sehingga bawahan tahu
jalan mana yang harus dilalui/pergi
·
Menghapus hambatan yang menghadangi
jalan
·
Menghapus hambatan yang menghentikan
mereka pergi kesana/tujuan
·
Meningkatkan penghargaan disepanjang
rute
Dalam
penerapan teori ini ada sisi kelemahannya yaitu terletak pada ketidakmampuannya
dalam meramalkan partisipasi kerja bawahan karena dapat dikatakan bahwa
peningkatan kepuasan tidak selalu dapat diidentikkan dengan peningkatan
prestasi kerja. Teori ini belum mempunyai makna operasional yang memadai, perlu
pengembangan lebih lanjut.
BAB
III
PENUTUP
Pada teori kepemimpinan Jalur Tujuan ini
menerangkan bagaimana perilaku seorang pemimpin mempengaruhi motivasi dan
prestasi kerja bawahannya, dalam situasi kerja yang berbeda-beda. Teori ini
memusatkan perhatian pada cara pemimpin mempengaruhi prestasi kerja bawahan
tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalan meraih tujuan.
Teori Path Goal, menganjurkan
pemimpin memiliki dua fungsi dasar yaitu
memberi kejelasan alur dan meningkatkan jumlah hasil (reward).
Teori
ini menekankan tanggung jawab pemimpin untuk meningkatkan motivasi karyawan
agar tujuan personal dan organisasional tercapai. Pemimpin meningkatkan
motivasi bawahan dengan cara menunjukkan jalan menuju hadiah yang tersedia atau
meningkatkan reward yang diinginkan atau diharapkan oleh bawahan. Tugas
pemimpin disini adalah bagaimana bawahan bisa mendapatkan hadiah atas kerjanya,
dan bagaimana seorang pemimpin menjelaskan dan mempermudah jalan menuju hadiah.
Teori ini pemimpin mengubah perilakunya untuk bisa sesuai dengan situasi. Lembaga pendidikan pada saat ini tepat menggunakan
teori kepemimpinan Jalur Tujuan, karena memunculkan motivasi kerja yang
maksimal dari personil lembaga. Dengan memberikan reward maka semangat kerja
akan tinggi dan hal ini berdampak pada kinerja lembaga akan semakin mudah jalan
menuju kesuksesan tujuan lembaga.
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Fahmi,
Irham. 2012. Manajemen Kepemimpinan.
Bandung: Alfabeta.
Fred Luhans. 1995. Organizational Behavior. 7-ed. Mc.Graw-Hill International.
Hikmat.
2011. Manajemen Pendidikan. Bandung:
Pustaka Setia.
Rivai.
Veithzal. 2012. Education Management
Analisis dan Praktik. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada.
Safaria,Triantoro. Kepemimpinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sashkin
dkk. 2011. Prinsip-prinsip Kepemimpinan.
Jakarta: Erlangga.
Terry.
2012. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta:
Bumi Aksara.