Team Teaching Strategi Tanpa Instrumen
*Indria Mustika

Tujuan utama Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan – SMK – adalah
menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja yang memiliki keahlian di bidangnya. Dengan demikian diharapkan para
lulusan SMK mampu mengisi lapangan kerja yang ada dan
bahkan menciptakan lapangan kerja baru. Karena itu dalam proses pembelajaran produkif para siswa membutuhkan bimbingan yang intensif dari guru sehingga para peserta didik dapat benar-benar
menguasai diklat produktif yang diajarkan.
Salah satu metode yang efektif dalam proses
pembelajaran produkif adalah menggunakan metode team teaching. Metode ini merupakan salah satu bentuk
strategi pembelajaran yang melibatkan dua orang guru atau lebih dalam proses
pembelajaran peserta didik mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi.
Namun demikian, belum
semua SMK menerapkan strategi team teaching dengan berbagai macam alasan
mulai dari belum adanya pijakan hukum, ketersediaan guru, hingga alasan relationship yang
cukup merepotkan. Terabaikannya metode ini juga nampak pada peran
pengawas dalam melakukan penilaian atas kinerja guru yang hanya menampatkan
penilaian kinerja guru sebagai individu, bukan sebagai tim. Sehingga kinerja tim tidak terukur kualitasnya
selama ini.
Instrumen penilaian kinerja guru yang sudah umum digunakan para pengawas untuk menilai kinerja guru baik individu maupun
team teaching diantaranya adalah:
Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG); Evaluasi Kinerja Guru (EKG); instrumen
penilaian kinerja guru mata pelajaran/guru kelas; dan Alat Penilaian Kemampuan
Guru (APKG). Namun dilihat dari isi instrumen tersebut tidak memiliki indikator kinerja tim
sehingga tidak mampu menilai kinerja team
teaching.
Padahal kinerja team
teaching mempunyai kriteria tertentu yang berbeda dengan kinerja guru
individual. Kinerja team teaching
dapat dilihat dan dinilai berdasarkan standar kompetensi yang harus dilakukan
oleh guru yang tergabung dalam tim. Karakter tim disini adalah kerjasama yang
proporsional antar anggota dalam tim. Semua kegiatan dalam pembelajaran mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan tindak lanjut dilakukan bersama tim
dengan proporsi yang seimbang dan pembagian tugas yang jelas. Dalam penilaian
kinerja guru, team teaching harusnya dimaknai sebagai totalitas tindakan tim yang terdiri dari dua
guru atau lebih dalam melaksanakan tugas profesionalnya mulai dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan
penilaian pembelajaran.
Pengembangan instrumen
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru, serta
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, maka dilakukan penilaian kinerja guru untuk
mengevaluasi unjuk kerja guru terhadap pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
Penilaian
kinerja guru ini menjadi tanggung jawab pengawas sekolah. Oleh sebab itu
penilaian kinerja guru merupakan salah satu bagian kompetensi yang harus
dikuasai pengawas sekolah. Dalam melaksanakan supervisi akademik saat menilai
kinerja guru, seorang pengawas sekolah sebaiknya memiliki kemampuan untuk: (1)
memahami ruang lingkup variabel yang hendak dinilai terutama
kompetensi-kompetensi guru; (2) memiliki standar dan atau menyusun instrumen
penilaian; (3) melakukan pengumpulan dan analisis data; serta (4) membuat
kesimpulan akhir (Dirjen PMPTK 2009:2).
Agar seorang pengawas dapat memberikan penilaian kinerja guru dalam team
teaching ia harus mengembangkan
instrument penilaian yang bukan hanya
untuk menilai kinerja guru secara individual
tetapi juga guru secara tim. Pengembangan Instrumen penilaian
kinerja team teaching memiliki
beberapa apek penilaian yang menjadi
objek penilaian atas team teaching, yaitu
pada aspek perencanaan, pelaksanaan dan penilaian secara tim yang masing-masing memiliki indikator yang dijabarkan dalam beberapa deskriptor.
Pada aspek perencanaan team teaching ini terdapat tujuh indikator yaitu melakukan koordinasi tim dalam mengembangkan silabus sebelum pembelajaran;
membuat administrasi guru bersama tim; menyusun program kerja guru bersama tim;
membuat instrumen penilaian bersama tim; teknik pembelajaran, dengan tiga
deskriptor meliputi penentuan metode, penyiapan media pembelajaran, serta
pembagian materi bersama tim; membahas bersama pelajaran sampai teknis di
kelas, dengan dua deskriptor yaitu pembahasan pelajaran sampai hal teknis di
kelas, dan membagi tugas pembimbingan peserta didik saat di bengkel/kelas; dan
merencanakan peran serta dan tanggungjawab anggota tim, dengan deskriptor
merencanakan peran serta dan tanggung jawab anggota tim.
Pada tahap pelaksanaan
pembelajaran produktif, hal yang perlu
dilakukan adalah: tahap persiapan yang ditunjukkan dengan penampilan tim di
kelas, dengan deskriptor menyiapkan job sheet dan administrasinya secara
bersama tim; tahap peragaan, tahap implementasi, metode dan strategi
pembelajaran dan pelatihan perlu mendapat penekanan oleh tim; tahap peniruan,
kegiatan peserta didik menirukan aktifitas yang dicontohkan/dipraktikkan oleh
guru, perlu penataan dan
pengorganisasian kegiatan peserta didik, disini diperlukan koordinasi tim dalam
membagi peran, pemantauan proses kegiatan, dan tahap praktik, setelah peserta
didik mampu menirukan cara kerja dengan baik dibantu oleh tim, peserta didik
mengulang sendiri dengan tim yang siap membantu dalam pemakaian fasilitas
sekolah dan kerja sama tim jika ada kesulitan
yang dihadapi. Konsekuensinya sekolah harus memenuhi kebutuhan
praktik peserta didik dengan fasilitas yang memadai.Pada pelaksanaan pembelajaran team teaching, dilaksanakan dengan
beberapa metode yaitu
metode demonstrasi, ceramah, dan metode proyek.
Tahap penilaian
Pada aspek penilaian pembelajaran yang dijadikan objek penilaian atas team teaching ini terdiri dari lima
indikator yaitu: 1. Guru merancang evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar
peserta didik.
Ini dijabarkan dalam tiga deskriptor
yaitu perencanaan
bersama anggota tim dalam pembuatan soal
tes, persiapan bersama anggota tim dalam
memilih metode pelaksanaan tes, dan keterlibatan anggota tim dalam
persiapan pembuatan soal tes. 2. Pemantauan aktifitas
peserta didik di bengkel selama PBM, terdiri dari dua deskriptor yaitu pemantauan keaktifan peserta didik dalam praktik di bengkel/kelas, dan kerjasama peserta didik di bengkel/kelas. 3. Penilaian mengenai pelaksanaan test yang diskreptornya meliputi pelaksanaan post test, pelaksanaan
remidial, dan penyusunan instrumen penilaian hasil belajar. 4. Penilaian tentang
kerjasama tim yang diskriptornya antara lain kesepakatan dalam
menentukan soal tes, hasil penilaian akhir, rumus atau bobot penilaian, program
remedial dan pengayaan, dan kesepakatan
analisis hasil penilaian belajar, 5. Refleksi diri angota team teaching diskriptornya terdiri
dari evaluasi pelaksanaan pembelajaran
dan merumuskan perbaikan.
Dengan pengembangan instrument ini diharapkan
dapat mengungkapkan fakta sebenarnya dari kinerja team teaching yang selanjutnya diolah menjadi data valid dan reliabel untuk mengetahui kualitas pembelajaran. Pengembangan instrumen penilaian kinerja team teaching merupakan salah satu usaha
untuk menilai mutu dan kualitas kinerja guru menuju profesionalisme yang handal sesuai dengan standar proses
pembelajaran.
Penulis adalah guru SMKN 2 Jepara, pengampu diklat Tata Busana sedang menyelesaikan program S-2
Kepengawasan di Unnes Semarang.