Kamis, 08 November 2012

KEPEMIMPINAN MODEL PATH GOAL
(TEORI JALUR TUJUAN KEPEMIMPINAN)

A.    PENDAHULUAN
 Dalam kehidupan mahluk hidup kepala merupakan salah satu sumber kehidupan selain jantung. Jika kepala ada masalah maka akan terasa seluruh tubuh. Jika kepala terpenggal maka matilah tubuh. Begitu sangat penting arti sebuah kepala bagi kehidupan tubuh. Di dalam kepala terdapat otak yang menjadi  pusat pengatur segala aktifitas tubuh baik yang terlihat mata maupun tidak. Begitu menakjubkan karya Tuhan pada mahluknya, pengaturan yang kompleks dan sempurna.
 Begitu juga kepala yang berarti pemimpin dalam sebuah organisasi. Pemimpin adalah pusat instruksi dari jalannya visi misi suatu organisasi. Jika pemimpin tidak berfungsi semestinya maka akan terganggu semua aktifitas dalam orgnisasi tersebut. Jika pemimpin mati maka akan berakibat fatal pulalah organisasi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam sebuah organisasi menduduki peranan yang sangat vital. Kedudukan yang vital ini diperlukan kompetensi yang tinggi dalam hal kepemimpinan, agar sebuah organisasi dapat berjalan dengan baik dan berkembang sesuai tujuan awal mendirikan organisasi itu, harus mampu membangun team work yang solid dari komponen-komponen dalam organisasi. Kemampuan dalam menciptakan team work ditentukan oleh kompetensi kepemimpinan seseorang. Kepemimpinan yang mampu memanfaatkan secara maksimal seluruh sumberdaya yang dimiliki oleh sebuah organisasi. Bukan hanya membuat keputusan-keputusan penting namun juga kemampuan melibatkan faktor-faktor yang tersedia.
Memimpin merupakan suatu kegiatan yang terus-menerus, mengelola sumber daya, mengelola perasaan anggota/karyawan, mengelola sikap dan kemampuan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu kepemimpinan yang diterapkan harus disesuaikan dengan kondisi yang berbeda dan kadang berubah-ubah, karena jika ajeg/sama modelnya maka hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.  Seorang pemimpin diharapkan mampu mempengaruhi semua aspek dalam organisasi.

B.    PEMBAHASAN
a.    Arti Kepemimpinan
       Kepemimpinan berasal dari kata pimpin artinya tuntun, bimbing yang mendapatkan imbuhan ke-an yang artinya menjadi perihal memimpin, cara memimpin. Dalam Ensiklopedia Umum halaman 549, kepemimpinan diartikan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama, hal itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusia yang satu itu yang disebut pemimpin atau yang memimpin.
       Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1083:123), menurut Robbins (2002:163) Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Menurut Ngalim Purwanto (1991: 26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan  dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya  kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
       Kepemimpinan adalah sebagai kemampuan seseorang atau pemimpin untuk mempengaruhi perilaku orang lain menuju keinginan-keinginannya dalam suatu keadaan tertentu atau dengan kalimat lain bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Apa yang diharapkan seorang manajer dari orang-orang bawahannya dan cara ia memperlakukan mereka, sangat menentukan pekerjaan mereka serta kemajuan kariernya. Seorang manajer diharapkan mampu menciptakan harapan-harapan besar mengenai pekerjaan yang dipenuhi orang-orang bawahan. Pemimpin yang kurang semangat/giat akan gagal untuk mengembangkan harapan-harapan anggota organisasi tersebut sebagai akibatnya produktifitas bawahannya akan terganggu. Kepemimpinan situasional merupakan kondisi  dalam organisasi yang berbeda-beda dan kadang berubah-ubah memerlukan jenis kepemimpinan yang situasional.
Adapun yang termasuk dalam jenis kepemimpinan situasional ini adalah;
     Model Kontingensi Fiedler
     Model Partisipasi Pemimpin Vroom-Yetton
     Model Kepemimpinan Jalur-Tujuan (Path-Goal Theory)
     Model Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard

Pada kesempatan ini kami akan membahas model kepemimpinan Jalur Tujuan serta penerapannya dalam manajemen dan kepemimpinan pendidikan.

b.    Penjelasan mengenai model Kepemimpinan Jalur Tujuan
       Kepemimpinan pada model Jalur Tujuan ini menerangkan bagaimana perilaku seorang pemimpin mempengaruhi motivasi dan prestasi kerja bawahannya, dalam situasi kerja yang berbeda-beda. Teori ini memusatkan perhatian pada cara pemimpin mempengaruhi prestasi kerja bawahan tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalan meraih tujuan.
Dasar dari teori ini adalah teori motivasi harapan (expectancy theory) yang menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada harapan akan imbalan dan valensi atau daya tarik imbalan tersebut.
Penekanan disini adalah kemampuan pemimpin untuk memberikan imbalan dan menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh bawahan untuk memperoleh imbalan itu.
Pokok-pokok penting dalam teori Path Goal adalah;
1.    Pemimpin memenuhi kebutuhan bawahan yang berkenaan dengan efektivitas pekerjaan
2.    Pemimpin memberikan latihan, bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan oleh bawahannya
Path Goal berusaha meramalkan efektifitas kepemimpinan dalam berbagai situasi, pemimpin menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positiv, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Diberi nama Path Goal karena memfokuskan pada bagaimana pemimpin mempungaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri dan jalan untuk menghadapi tujuan.
Teori pengharapan (expentanci theory) menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan antara usaha dan prestasi (Path Goal) dengan valensi dari hasil (Goal attractiveness). Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka lakukan dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi. Pemimpin yang efektif yang membantu bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi.
Teori Path Goal, menganjurkan pemimpin terdiri dari 2 fungsi dasar:
1.    Memberi kejelasan alur.
Seorang pemimpin harus mampu membantu bawahannya dalam memahami bagaimana cara kerja yang diperlukan dalam menyelesaikan tugasnya
2.    Meningkatkan jumlah hasil (reward)
Bawahannya memberi dukungan dan perhatian terhadap kebutuhan pribadi mereka
Dalam membentuk fungsi tersebut, pemimpin dapat mengambil berbagai gaya kepemimpinan.
Empat gaya kepemimpinan yang di jelaskan dalam Path Goal
•    Kepemimpinan pengarah (directive leadership)
Pemimpin memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan meraka, memberitahukan jadwal kerja yang harus di sesuaikan dan standar kerja, serta memberi bimbingan/arahan secara spesifik tentang cara-cara menyelesaikan tugas tersebut, termasuk didalamnya aspek perencanaan organisasi, koordinasi dan pengawasan.
•    Kepemimpinan pendukung (supportive leadership)
Pemimpin bersifat ramah dan menunjukkan kepedulian akan kebutuhan bawahan. Ia juga memperlakukan semua bawahan sama dan menunjukkan tentang keberadaan mereka, status, dan kebutuhan-kebutuhan pribadi. Sebagai usaha untuk mengembangkan  hubungan interpersonal yang menyenangkan diantara kelompok. Kepemimpinan model ini memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja bawahan pada saat mereka mengalami frustasi dan kekecewaan.
•    Kepemimpinan partisipatif (partisipative leadership)
Pemimpin model ini tidak segan-segan berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran-saran serta ide-ide mereka sebelum mengambil suatu keputusan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi kerja bawahan.
•    Kepemimpinan berorientasi prestasi ( achievement oriented leadership)
Gaya ini seorang pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi seoptimal mungkin serta terus menerus mencari pengembangan prestasi dalam proses pencapaian tujuan tersebut.
Dengan menggunkan gaya kepemimpinan tersebut, pemimpin harus berusaha untuk mempengaruhi persepsi para karyawan/bawahannya dan mampu memberikan motivasi, dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan tugas-tugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan kerja dan pelaksanaan kerja yang efektif.
       Model kepemimpinan jalur tujuan menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan, mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model ini di populerkan oleh Robert Hause yang berusaha yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi.Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana perilaku seorang pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja para bawahan.
       Menurut teori ini ada dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah:
1.    Karakteristik pribadi para bawahan,  diantaranya;
-    Letak kendali (locus of control), keyakinan individu bahwa reward/hasil yang diperoleh adalah hasil usaha sendiri  (kendali internal), yang paling tepat adalah model kepemimpinan participate. Letak kendali eksternal adalah bila mana hasil kerja tersebut berasal dari pemimpin yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk-petunjuk sehingga memcapai hasil kerja yang optimal.
-    Kesediaan untuk menerima pengaruh (authoritarisme), kesediaan untuk menerima pengaruh dari orang lain
-    Kemampuan (abilities), kemampuan dan pengalaman bawahan akan mempengaruhi hasil kerja.
2.    Lingkungan internal organisasi ada beberapa yang perlu diketahui yaitu
-    Struktur tugas, struktur kerja yang tinggi akan mengurangi peran pemimpin, model kepemimpinan pada lingkungan kerja ini adalah model kepemimpinan directive, dimana pemimpin  memberitahu apa yang diharapkan dan memberi bimbingan pada bawahan
-    Wewenang formal, wewenang formal yang tinggi akan membagi habis tugas, maka kepemimpinan yang tepat pada kondisi ini adalah kepemimpinan jenis directive
-    Kelompok kerja, kelompok kerja dengan tingkat kerjasama yang tinggi kurang membutuhkan kepemimpinan jenis yang tepat adalah kepemimpinan jenis supportive, karena bawahan sudah memahami tugas pokok fungsinya, pemimpin hanya memberikan dorongan untuk mencapai tujuan dengan sempurna.
 Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana perilaku seorang pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan.
  Cara seorang pemimpin mempengaruhi bawahan sebagai berikut;
c.    Memperjelas jalan sehingga bawahan tahu jalan mana yang harus dilalui/pergi
d.    Menghapus hambatan yang menghadangi jalan
e.    Menghapus hambatan yang menghentikan mereka pergi kesana/tujuan
f.    Meningkatkan penghargaan disepanjang rute
Dalam penerapan teori ini ada sisi kelemahannya yaitu terletak pada ketidakmampuannya dalam meramalkan partisipasi kerja bawahan karena dapat dikatakan bahwa peningkatan kepuasan tidak selalu dapat diidentikkan dengan peningkatan prestasi kerja. Teori ini belum mempunyai makna operasional yang memadai, perlu pengembangan lebih lanjut.
c.    Implikasi kepemimpinan gaya Path Goal dalam Manajemen Pendidikan
       Manajemen dalam bahasa Inggris artinya to manage, yaitu mengatur atau mengelola, secara etimologi manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan(Stoner, dalam buku Hikmat 2009).
Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik diberi awalan men- menjadi mendidik yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran). Secara etimologi pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan potensinya sehingga ia mencapai ia mencapai kualitas diri yang lebih baik.
Dengan demikian arti manajemen pendidikan  adalah proses terus menerus yang dilakukan oleh organisasi pendidikan melalui fungsionalisasi unsur-unsur manajemen tersebut, yang didalamnya terdapat upaya saling mempengaruhi, saling mengarahkan, dan saling mengawasi sehingga seluruh aktivitas dan kinerja organisasi pendidikan dapat tercapai sesuai dengan tujuan. Secara terminologi manajemen pendidikan pada hakekatnya adalah usaha-usaha yang berhubungan aktivitas pendidikan yang di dalamnya terjadi proses mempengaruhi, memotivasi kreatifitas anak didik dengan menggunakan alat-alat pendidikan, metode, media, sarana dan prasarana yang diperlukan dalam melaksanakan pendidikan.
       Implementasi teori Path Goal dalam manajemen pendidikan adalah pada saat fungsionalisasi unsur-unsur manajemennya. Bagaimana seorang manajer dituntut untuk mampu menggerakkan seluruh unsur-unsur manajemen dalam lembaga pendidikan.  Keadaan lembaga pendidikan akan kondusif jika sumber daya manusia yang menggerakkan lembaga pendidikan tersebut kuat, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan sebelumnya.
Lembaga pendidikan yang dipimpin oleh seorang profesional mampu mengatur penempatan personilnya sesuai dengan spesialisasinya, mengatur sistem gaji dengan perbedaan yang adil disesuaikan dengan masa kerja, beban kerja dan pertimbangan lainnya, dengan demikian akan memotivasi untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya, terutama berhubungan dengan  pengayaan ilmu pengetahuan dan pengalaman analisis ilmiah terhadap bidang studi yang diajarkan. Hal ini berkaitan dengan motivasi kerja dalam lembaga pendidikan. Manajemen pendidikan juga mengkaji efisiensi dan efektifitas  pelaksanaan kinerja lembaga pendidikan dengan mempertimbangkan tujuan-tujuan pendidikan, kegiatan pendidikan, jumlah sumber daya manusia atau staf yang memadai,   disiplin kerja, upah yang proporsional, bonus yang presentatif,  standardisasi pekerjaan yang sistematis, pertanggungjawaban yang obyektif, penerapan balas jasa atau insentif yang motivasional, dan pengembangan lembaga yang dapat terukur keberhasilannya.
 Contoh konkritnya adalah saat lembaga mengadakan suatu kegiatan maka pemimpin dibantu rekan kerja menunjuk sebuah panitia yang terdiri dari beberapa rekan kerja, tentu saja pengaturan tugas disesuaikan dengan kemampuan personilnya. Untuk menumbuhkan motivasi kerja yang optimal maka diberikan reward atau insentif yang disesuaikan dengan kemampuan lembaga.
C.    KESIMPULAN
       Pada teori kepemimpinan Jalur Tujuan ini menerangkan bagaimana perilaku seorang pemimpin mempengaruhi motivasi dan prestasi kerja bawahannya, dalam situasi kerja yang berbeda-beda. Teori ini memusatkan perhatian pada cara pemimpin mempengaruhi prestasi kerja bawahan tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalan meraih tujuan. Teori Path Goal, menganjurkan pemimpin memiliki  dua fungsi dasar yaitu memberi kejelasan alur dan meningkatkan jumlah hasil (reward).
Teori ini menekankan tanggung jawab pemimpin untuk meningkatkan motivasi karyawan agar tujuan personal dan organisasional tercapai. Pemimpin meningkatkan motivasi bawahan dengan cara menunjukkan jalan menuju hadiah yang tersedia atau meningkatkan reward yang diinginkan atau diharapkan oleh bawahan. Tugas pemimpin disini adalah bagaimana bawahan bisa mendapatkan hadiah atas kerjanya, dan bagaimana seorang pemimpin menjelaskan dan mempermudah jalan menuju hadiah. Teori ini pemimpin mengubah perilakunya untuk bisa sesuai dengan situasi.
D.    SARAN
Lembaga  pendidikan pada saat ini tepat menggunakan teori kepemimpinan Jalur Tujuan, karena memunculkan motivasi kerja yang maksimal dari personil lembaga. Dengan memberikan reward maka semangat kerja akan tinggi dan hal ini berdampak pada kinerja lembaga akan semakin mudah jalan menuju kesuksesan tujuan lembaga.
E.    KEPUSTAKAAN
Amirullah. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Terry. 2012. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Hikmat. 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Safaria,Triantoro. Kepemimpinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sashkin dkk. 2011. Prinsip-prinsip Kepemimpinan. Jakarta: Erlangga.
Fahmi, irham. 2012. Manajemen Kepemimpinan. Bandung: Alfabeta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar