Festival
Kartini Tahun 2015
Upaya
Cerdas Menulis Sejarah Masa Depan Jepara
Oleh
: Indria Mustika
Ada
kecemasan yang demikian kuat
ditengah-tengah peserta simposium rekonstruksi budaya Jepara untuk membangun
masa depan yang berlangsung 20 September 2012, dipendopo kabupaten Jepara.
Kecemasan itu muncul ketika almarhum Alex Komang sebagai salah satu inisiator
simposium tersebut bersama wakil Bupati Jepara DR Subroto SE, MM mengingatkan,
betapa sangat banyaknya budaya lokal yang semakin tidak lagi diminati oleh para pawarisnya. Hal ini
sangat membahayakan masa depan Jepara yang secara geografis posisinya kurang
menguntungkan. Padahal sementara ini Jepara mampu tumbuh dan melaju melebihi daerah lainnya karena kekuatan
budayanya.
Karena itu salah satu rekomendasi
yang ditelurkan yang diharapkan mampu menjawab kegelisahan itu adalah membuat
sebuah even budaya yang tak hanya berlatar belakang pengguatan budaya dan
kearifan lokal, tetapi juga memiliki spektrum promosi yang kuat dan luas. Dipilihlah nama, Festival Kartini yang harus digelar
dengan mengambil dua momentum besar
Jepara yaitu Penobatan Ratu Kalinyamat
12 Robiul Awal dengan Condro Sengkolo Trus Karya Tataning Bumi atau 10 April
1549 dan Hari Peringatan Kelahiran RA Kartini 21 April. Pemilihan nama Festival Kartini ini dilatar
belakangi keyakinan bersama bahwa RA Kartini merupakan kekuatan absolut Jepara
yang tak hanya mampu mengangkat derajat dan martabat perempuan
Indonesia, tetapi oleh kreativitasnya masyarakat Jepara juga telah tersejahterakan.
Memang tidak banyak yang tahu, perkembangan seni
ukir Jepara dimulai dengan langkah RA
Kartini membina dan mengumpulan 12 seniman ukir dari Belakang Gunung. Mereka
diberikan desain dan motif-motif baru yang lebih diterima pasar , dipromosikan
melalui tulisan dan pameran-pameran hingga akhirnya terjadi perubahan
orientasi, seni ukir menjadi industri kerajinan yang mampu meningkatkan
kesejahteraan seniman ukir. Bahkan
mensejahterakan masyarakat Jepara
Inspirasi RA Kartini itulah yang menjadi “roh” bagi perhelatan Festival Kartini
yang mulai digelar tahun 2013 dengan 13 kegiatan. Pada tahun berikutnya menurun
menjadi 15 kegiatan dan tahun ini akan digelar 38 kegiatan dibawah tema besar menyongsong masa depan
berbasis ekonomi kreatif, dengan teks line Pesta Rakyat Wong Jepara.
Geliat Festival Kartini ini diakui
oleh banyak kalangan berkat figur sentral seorang Hadi Priyanto, Kabag Humas
Setda Jepara yang nampaknya dibiarkan oleh Bupati dan Wakil Bupati Jepara untuk
melakukan “akrobat” sebagai seorang kreator melebihi jabatan yang dimilikinya.
Ia juga mendapatkan kepercayaan untuk
menjadi ketua panitia Festival Kartini tiga tahun berturut-turut. Ditangan
penulis buku Kartini Pembaharu Peradaban, Moozaik Seni Ukir,
Sosrokartono De Javansche Priz dan Legenda Jepara serta Ketua Lembaga Pelestari
Seni Ukir, Batik dan Tenun Jepara ini even-even yang nampak biasa menjadi luar
biasa dan menarik perhatian, bukan saja masyarakat Jepara tetapi juga media dan
para pemangku kepentingan. Bahkan saat Festival Kartini tahun 2014, Gubernur
Jawa Tengah dihadirkan untuk sebuah acara Pencanangan Ornamen Ukiran pada
Kantor Dinas, Peresmian Musium Sasono Adi Praceko serta Membuka Lomba Ukir
Perajin Perempuan da Mengamplas. Ini
langkah yang mmonumental untuk memperkuat branding kota Jepara the World
Carving Centre, Jepara Pusat Ukir Dunia,
yang lama dideklarasikan namun tidak ada gregetnya untuk memperkuat
idetitas kota.
Masa Depan Jepara
Ada beberapa ancaman dan tantangan
Jepara diusia yang ke 466 yang ingin
dijawab dalam Festival Kartini ke 3
tahun 2015 yang mungkin tak banyak diketahui oleh orang. Pertama, ada ketidak setiaan dari para ahli waris terhadap
budayanya sendiri. Indikator sederhana adalah penurunan minat generasi muda
pada seni ukir dan semakin ditinggalkannya kearifan budaya lokal yang tergerus
oleh kemajuan tehnologi. Kedua, kemudahan
investasi yang justru mendorong generasi muda untuk tidak lagi memilih mengembangkan seni ukiir untuk masa depannya. Ketiga, persaingan antar kota yang
demikian kuat untuk menarik wisatawan, perhatian para investor dan juga
perhatian pemerntah pusat.Keempat,
menambah daya dukung potensi alam yang semakin berkurang dengan mengembangkan
kembali potensi budaya agar menjadi daya tarik. Kelima,menyadarkan masyarakat
dan bahkan birokrasi untuk cerdas memanfaatkan APBD agar tidak sekedar jalan sesuai DPA dan menutup ruang
kreatifitas dan partsipasi masyarakat lokal. Keenam, memberikan ruang kreatif bagi masyarakat Jepara untuk mengembangkan keunggulan komperatif dan
koompetitifnya guna memenangkan persaingan
pada tingkat regional, nasional dan bahkan global.
Kalau memang Festival Kartini dipilih
sebagai sebuah strategi budaya untuk mengembangkan masa depan Jepara yang
bertumu pada keariifan budaya lokal dan sekaligus sebagai upaya untuk memenangkan persaingan antar daerah, ada beberapa catatan penting yang mungkin
dapat dilakukan tahun ini. Sebab masa depan Jepara akan sangat tergantung pada politic will yang kuat dari jajaran
eksekutif dan legeslatif Jepara yang saat ini sedang merancang program tahun
2016 yang merupakan tahun penghujung pemerintahan Ahmad Marzuqi – Subroto
sekaligus tahun terakhir sang kreator Festival Kartini Hadi Priyanto sebagai
seorang PNS.
Pertama, dalam penyusunan APBD tahun 2016 diharapkan ada subsidi yang
memadai dan memasukan Festival Kartini menjadi sebuah kegiatan. Apakah masuk
melalui kegiatan promosi potensi daerah atau pengembangan budaya daerah. Kedua,memasukan kegiatan-kegiatan
kreatif dalam kegiatan SKPD yang kemudian akan dilakukan secara integratif dan
menunjang Festival Kartini seperti yang sudah dilakukan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dan Kantor Ketahanan Pangan dengan menyelenggarakan Bumi Kartini
Expo. Juga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang sudah memiliki kegiatan Gebyar
Kartini dan Kirab Buka Luwur serta Bagian Kesra dan Bagian Umum Setda Jepara
yang kemudian integratif dalam kegiatan Festival Kartini. Namun ini tidak terjadi di Kantor
Perpustakaan Daerah yang menggelar kegiatan Lomba Bercerita sendiri. Keempat, meminta komitmen para pengusaha
untuk mengalokasikan dana CSR untuk pengembangan even ini dan sekaligus
mengawal Perda CSR yang sudah diterbitkan namun terkesan tidak punya gigi.
Konon BNI sebagai bank terbesar di
Jepara tidak bersedia mengalokasikan dana CSR nya untuk even ini walaupun surat pengantarnya oleh Bupati
Jepara. Kelima, mendirikan Kartini
Foundation atau Yayasan Kartini untuk menjadikan Festival Kartini semakin bermakna
bagi upaya menulis masa depan Jepara.
Indria Mustika SPd, MPd adalah guru jurusan Tata Busana SMKN
2 Jepara dan Koordinator salah satu Eeven Festival Kartini Jepara Fashion Tenun
Batik Fashion Week 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar