Senin, 07 September 2015

Upaya Cerdas Menulis Sejarah Masa Depan Jepara



Festival Kartini Tahun 2015
Upaya Cerdas Menulis Sejarah Masa Depan Jepara
Oleh : Indria Mustika
            Ada kecemasan yang  demikian kuat ditengah-tengah peserta simposium rekonstruksi budaya Jepara untuk membangun masa depan yang berlangsung 20 September 2012, dipendopo kabupaten Jepara. Kecemasan itu muncul ketika almarhum Alex Komang sebagai salah satu inisiator simposium tersebut bersama wakil Bupati Jepara DR Subroto SE, MM mengingatkan, betapa sangat banyaknya budaya lokal yang semakin tidak  lagi diminati oleh para pawarisnya. Hal ini sangat membahayakan masa depan Jepara yang secara geografis posisinya kurang menguntungkan. Padahal sementara ini Jepara mampu tumbuh dan melaju  melebihi daerah lainnya karena kekuatan budayanya.
Karena itu salah satu rekomendasi yang ditelurkan yang diharapkan mampu menjawab kegelisahan itu adalah membuat sebuah even budaya yang tak hanya berlatar belakang pengguatan budaya dan kearifan lokal, tetapi juga memiliki spektrum promosi yang kuat dan  luas. Dipilihlah  nama, Festival Kartini yang harus digelar dengan mengambil dua momentum  besar Jepara yaitu  Penobatan Ratu Kalinyamat 12 Robiul Awal dengan Condro Sengkolo Trus Karya Tataning Bumi atau 10 April 1549 dan Hari Peringatan Kelahiran RA Kartini 21 April.  Pemilihan nama Festival Kartini ini dilatar belakangi keyakinan bersama  bahwa  RA Kartini merupakan kekuatan absolut Jepara yang tak hanya mampu mengangkat derajat dan martabat  perempuan  Indonesia, tetapi oleh kreativitasnya  masyarakat Jepara juga telah tersejahterakan.
Memang  tidak banyak yang tahu, perkembangan seni ukir Jepara dimulai dengan langkah  RA Kartini  membina  dan mengumpulan 12  seniman ukir dari Belakang Gunung. Mereka diberikan desain dan motif-motif baru yang lebih diterima pasar , dipromosikan melalui tulisan dan pameran-pameran hingga akhirnya terjadi perubahan orientasi, seni ukir menjadi industri kerajinan yang mampu meningkatkan kesejahteraan  seniman ukir. Bahkan mensejahterakan  masyarakat Jepara Inspirasi RA Kartini itulah yang menjadi “roh” bagi perhelatan Festival Kartini yang mulai digelar tahun 2013 dengan 13 kegiatan. Pada tahun berikutnya menurun menjadi 15 kegiatan dan tahun ini akan digelar 38 kegiatan  dibawah tema besar menyongsong masa depan berbasis ekonomi kreatif, dengan teks line Pesta Rakyat Wong Jepara.
Geliat Festival Kartini ini diakui oleh banyak kalangan berkat figur sentral seorang Hadi Priyanto, Kabag Humas Setda Jepara yang nampaknya dibiarkan oleh Bupati dan Wakil Bupati Jepara untuk melakukan “akrobat” sebagai seorang kreator melebihi jabatan yang dimilikinya. Ia juga  mendapatkan kepercayaan untuk menjadi ketua panitia Festival Kartini tiga tahun berturut-turut. Ditangan penulis buku Kartini Pembaharu Peradaban, Moozaik Seni Ukir, Sosrokartono De Javansche Priz dan Legenda Jepara serta Ketua Lembaga Pelestari Seni Ukir, Batik dan Tenun Jepara ini even-even yang nampak biasa menjadi luar biasa dan menarik perhatian, bukan saja masyarakat Jepara tetapi juga media dan para pemangku kepentingan. Bahkan saat Festival Kartini tahun 2014, Gubernur Jawa Tengah dihadirkan untuk sebuah acara Pencanangan Ornamen Ukiran pada Kantor Dinas, Peresmian Musium Sasono Adi Praceko serta Membuka Lomba Ukir Perajin Perempuan  da Mengamplas. Ini langkah yang mmonumental untuk memperkuat branding kota Jepara the World Carving Centre, Jepara Pusat Ukir Dunia,  yang lama dideklarasikan namun tidak ada gregetnya untuk memperkuat idetitas kota.
                                                                                                         Masa Depan Jepara
Ada beberapa ancaman dan tantangan Jepara diusia yang ke 466  yang ingin dijawab dalam Festival Kartini ke  3 tahun 2015 yang mungkin tak banyak diketahui oleh orang. Pertama, ada ketidak setiaan dari para ahli waris terhadap budayanya sendiri. Indikator sederhana adalah penurunan minat generasi muda pada seni ukir dan semakin ditinggalkannya kearifan budaya lokal yang tergerus oleh kemajuan tehnologi. Kedua, kemudahan investasi yang justru mendorong generasi muda untuk tidak lagi memilih  mengembangkan seni ukiir untuk masa depannya. Ketiga, persaingan antar kota yang demikian kuat untuk menarik wisatawan, perhatian para investor dan juga perhatian pemerntah pusat.Keempat, menambah daya dukung potensi alam yang semakin berkurang dengan mengembangkan kembali potensi budaya agar menjadi daya tarik. Kelima,menyadarkan  masyarakat dan bahkan birokrasi untuk cerdas memanfaatkan APBD agar tidak sekedar  jalan sesuai DPA dan menutup ruang kreatifitas dan partsipasi masyarakat lokal. Keenam, memberikan ruang kreatif bagi masyarakat Jepara  untuk mengembangkan keunggulan komperatif dan koompetitifnya guna memenangkan persaingan  pada tingkat regional, nasional dan bahkan global.
Kalau memang Festival Kartini dipilih sebagai sebuah strategi budaya untuk mengembangkan masa depan Jepara yang bertumu pada keariifan budaya lokal dan sekaligus sebagai upaya untuk  memenangkan persaingan antar daerah,  ada beberapa catatan penting yang mungkin dapat dilakukan tahun ini. Sebab masa depan Jepara akan sangat tergantung  pada politic will yang kuat dari jajaran eksekutif dan legeslatif Jepara yang saat ini sedang merancang program tahun 2016 yang merupakan tahun penghujung pemerintahan Ahmad Marzuqi – Subroto sekaligus tahun terakhir sang kreator Festival Kartini Hadi Priyanto sebagai seorang  PNS.
Pertama, dalam penyusunan APBD tahun 2016 diharapkan ada subsidi yang memadai dan memasukan Festival Kartini menjadi sebuah kegiatan. Apakah masuk melalui kegiatan promosi potensi daerah atau pengembangan budaya daerah. Kedua,memasukan kegiatan-kegiatan kreatif dalam kegiatan SKPD yang kemudian akan dilakukan secara integratif dan menunjang Festival Kartini seperti yang sudah dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Kantor Ketahanan Pangan dengan menyelenggarakan Bumi Kartini Expo. Juga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang sudah memiliki kegiatan Gebyar Kartini dan Kirab Buka Luwur serta Bagian Kesra dan Bagian Umum Setda Jepara yang kemudian integratif dalam kegiatan Festival Kartini.   Namun ini tidak terjadi di Kantor Perpustakaan Daerah yang menggelar kegiatan Lomba Bercerita sendiri. Keempat, meminta komitmen para pengusaha untuk mengalokasikan dana CSR untuk pengembangan even ini dan sekaligus mengawal Perda CSR yang sudah diterbitkan namun terkesan tidak punya gigi. Konon  BNI sebagai bank terbesar di Jepara tidak bersedia mengalokasikan dana CSR nya untuk even ini  walaupun surat pengantarnya oleh Bupati Jepara. Kelima, mendirikan Kartini Foundation atau Yayasan Kartini untuk menjadikan Festival Kartini semakin bermakna bagi upaya menulis masa depan Jepara.
Indria Mustika SPd, MPd adalah guru jurusan Tata Busana SMKN 2 Jepara dan Koordinator salah satu Eeven Festival Kartini Jepara Fashion Tenun Batik Fashion Week 2015





Tidak ada komentar:

Posting Komentar