Senin, 02 Agustus 2021

Tumbuhkan Budaya Vokasi

 

   Tumbuhkan Budaya Vokasi

Pembelajaran   Berbasis Produktif Sebuah Solusi

Oleh : Indria Mustika

            Instruksi Presiden No 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Kejuruan Menengah   yang ditujukan kepada 12 Menteri Kabinet Kerja, 34 Gubernur dan Kepala Badan Nasional Sertifikasi Profesi ( BNSP ), adalah bentuk keprihatinan Presiden melihat produktivitas dan daya saing sumber daya manusia yang rendah, khususnya lulusan SMK. Bukan saja dari aspek ketrampilan, tetapi juga mencakup etos kerja dan  karakter.

            Ada 6  instruksi Presiden  yang ditujukan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mulai   peta jalan pengembangan  SMK,  penyempurnaan dan penyelarasan kurikulum SMK  dengan kompetensi sesuai kebutuhan pengguna lulusan, meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan,meningkatkan kerjasama dengan kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dunia usaha/industri, sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi sekolah hingga  membentuk kelompok kerja pengembangan SMK.

            Walaupun Inpres 16 tahun 2016 itu harus dipahami secara utuh, termasuk pengintegrasian upaya revitalisasi SMK  dengan lembaga pemerintah  lain dan dunia usaha, penulis melihat penyempurnaan dan  penyelarasan kurikulum SMK dengan kebutuhan dunia kerja dan dunia usaha, harus dibaca pula sebagai upaya dan jalan  untuk menumbuhkan budaya vokasi siswa SMK. Tujuannya  agar siswa  memiliki minat terhadap program keahlian yang diplih, sehingga  kelak mereka benar-benar siap terjun ke dunia kerja  dan dunia industri sesuai dengan kompetensi  yang dimiliki. Sehingga tidak terjadi  lagi  insiden skill  mismatch, bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan ketrampilan seperti yang saat ini.

Sebab berdasarkan pengamatan penulis, ada banyak siswa SMK yang  masuk ke sekolah SMK dengan latar belakang pemikiran asal sekolah dan juga asal memilih jurusan. Mereka kurang menyadari bahwa ia sedang dipersiapkan menjadi tenaga kerja terampil. Akibatnya mereka lebih menyukai pelajaran produktif yang dianggap lebih santai karena praktik di bengkel,  ketimbang pelajaran normanda adaftif yang monoton di ruang teori. Belum lagi  metode mengajar guru yang kurang   kreatif.

Pelajaran normada yang menjadi kompetensi pendukung dalam penguatan materi produktif,  kurang dipahami siswa hubungannya dengan jurusan yang dipilih. Bahkan  seolah dianggap  tidak ada kaitannya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap minat siswa dalam mengikuti pelajaran normada. Bahkan siswa seakan  mengabaikan pelajaran normada. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar dan lemahnya karakter vokasi siswa.

Sehubungan dengan hal tersebut, upaya untuk   menumbuhkan  minat siswa pada budaya vokasi sangat penting dilakukan. Sebab minat dapat dikatakan kunci untuk menumbuhkan perhatian siswa pada proses belaja.  Karena itu proses belajar mengajar selalu  harus  dimulai dengan membangkitkan minat siswa. Tujuannya agar siswa terlibat sepenuhnya sehingga memiliki perhatian, konsentrasi, melekatkan bahan ajar serta mengurangi  kebosanan.

Terkait dengan upaya untuk menumbuhkan minat siswa pada budaya vokasi  kurikulum 2013 telah memberikan ruang bagi sekolah  mengembangkan struktur dan silabus sesuai kebutuhan sekolah. Juga menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) hingga teknis pelaksanaan pembelajaran.

                                                                                                                        Peran sekolah

            Menurut penulis untuk  menjawab percepatan implementasi revitalisasi SMK terkait dengan instruksi presiden untuk melakukan  penyempurnaan dan penyelarasan kurikulum, utamanya untuk  menumbuhkan minat siswa terhadap budaya vokasi kuncinya ada  pada kesungguhan dan kreatifitas sekolah. Terkait dengan hal ini menurut penulis ada beberapa hal penting yang perlu di perhatikan :

Pertama,pengembangan silabus dan RPP guna penyelarasan kurikulum sesuai dengan diklat produktif yang dipilih sekolah. Struktur kurikulum dapat dikembangkan berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai kebutuhan sekolah. Sedangkan  silabus disusun bersama oleh musyawaran guru mata pelajaran (MGMP) yang disesuaikan dengan muatan lokal atau kearifan local. Dengan demikian siswa dapat tetap mempertahankan kearifan lokal daerah masing-masing.

Kedua; perlu dilakukan pengintegrasian mata pelajaran produktif dalam mata pelajaran normatif adaptif. Tujuannya agar minat siswa pada pelajaran normada meningkat untuk  mendukung  ketrampilan praktikal sesuai dengan program keahlian yang dipilih. Harapannya terbangun cara pandang sebagai insan vokasi untuk menguasi  ketrampilan terapan tertentu. Pelajaran normada sebaiknya  dibuat berbasis produktif. Implementasinya semua pelajaran normative adaptif terintegrasikan pada materi produktif. Dengan demikian semua atmosfer pembelajaran  di sekolah adalah untuk  mengembangkan  budaya vokasi.

Ketiga; pengintegrasian mata pelajaran produktif ini perlu  dilakukan secara berencana dalam bentuk dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penyusunan RPP yang integratif  dengan memasukkan unsur produktif didalam proses pembelajarannya normanda ini memerlukan kerja keras guru normada. Sebab para guru normanda harus menyesuaikan RPP dengan semua program studi siswa yang diajar.

Keempat ; pelibatan orang tua agar secara sinergis bersama-sama sekolah menanamkan cara pandang siswa sebagai   insan vokasi juga perlu dilakukan. Tujuannya agar orang tua memiliki pengetahuan tentang  program keahlian serta ruang lingkup jurusan yang dipilih anaknya.  Dengan demikian tindakan orang tua di rumah diharapkan sinergi dengan upaya sekolah dalam menguatkan budaya vokasi. Caranya bisa dilakukan secara bertahap, pada awal pembelajaran dan pertemuan secara berkala dengan orang tua untuk mendiskusikan perkembangan siswa.  Hal ini tidak sulit dilakukan jika dilaksanakan per kelas dengan melibatkan wali kelas.

Kelima; memanfaatkan IT dan mengembangkan imajinasi siswa. Sudah waktunya  guru membiasakan memanfaatkan IT di dalam kelas untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta untuk mengembangkan imajinasi siswa. Dengan pembelajaran yang menyenangkan maka siswa akan  lebih mudah termotivasi untuk membangun berimajinasi dan kreatifitasnya.

Keenam ; untuk menumbuhkan budaya vokasi  seharusnya dilakukan sejak dini, yaitu pada awal pembelajaran.  Ini bisa dilakukan pada masa orientasi yang dikelola dengan lebih produktif.  Budaya vokasi harus sudah ditanamkan pada siswa dari awal sehingga siswa  memahami apa yang harus dilakukan sebagai siswa vokasi.

            Menumbuhkan dan membangun minat dan perhatian siswa terhadap budaya vokasi adalah bagian penting dalam revitalisasi SMK. Sebab kualitas lulusan SMK menjadi alat ukur berhasil tidaknya program revitalisi SMK. Harapannya  memang SMK dapat menjadi “ kawah condrodimuko “ yang  melahirkan generasi muda yang terampil, kreatif, memiliki etos kerja dan semangat kewirausahaan serta  siap masuk dunia kerja, baik dengan menjadi wirausaha maupun bekerja di dunia industri. Namun terbuka juga peluang untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, tentu  sesuai dengan program keahlian  dan kompetensi yang dimiliki.  (*)

Indria  Mustika, SP.d, M.Pd,  adalah Ketua Jurusan Tata Busana, SMKN 2 Jepara

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar